Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

'Jet Lag' Pendidikan Jarak Jauh dan Pendidikan Tatap Muka yang Masih 'Terasa'

16 November 2022   15:33 Diperbarui: 16 November 2022   16:31 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto via Marc Thele (Pixabay)

Tanpa terasa sekolah dasar (SD) dan jenjang pendidikan sekolah lainnya di DKI Jakarta sudah hampir setahun menjalankan kembali PTM (Pembelajaran Tatap Muka) setelah berkurangnya kasus dari Pandemi Covid-19.

Sayangnya, learning loss yang anak-anak atau siswa-siswi rasakan masih belum terlalu pulih.

Bayangkan, hampir dua tahun lamanya tidak duduk di bangku sekolah betulan,  alangkah miripnya dengan kasus jet lag dalam penerbangan lama antar dua negeri yang jauh.

Akibat dari jet lag anak-anak murid dalam dunia pendidikan yang tertinggal selama lebih dari dua tahun adalah:

1. Masih buruknya tulisan anak akibat selama melakukan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) karena jarang menulis langsung atau bahkan ada sekolah yang tidak memberikan PR (pekerjaan rumah) dalam bentuk tertulis.

2. Masih terlalu melekatnya anak-anak dengan gawai atau gadget yang mereka gunakan selama PJJ sehingga mereka masih enggan membaca langsung dari buku. Masih ingin bermain sepulang sekolah karena terlanjur kecanduan. Hal ini perlu ditanggapi secara lebih serius karena bisa mengakibatkan berkurangnya kesehatan mata. Perlu kembali membiasakan diri atau perlahan-lahan menjauhkan anak-anak dari gawai.

3. Masih adanya kesenjangan/kekakuan pergaulan di kelas yang nyata karena siswa-siswi belum saling mengenal secara langsung dengan teman sekelas, khususnya bagi yang baru masuk di kelas lanjutan (misalnya saat pandemi seharusnya duduk di kelas 1 SD, masuk PTM tiba-tiba sudah kelas 3 SD). Sehingga harus berkenalan lagi dan saling menyesuaikan diri satu sama lain.

4. Terlalu larut dalam euforia berkurangnya kasus aktif Covid-19 sehingga anak-anak seringkali lupa pada Protokol Kesehatan dan sering melepas masker di sekolah, lupa mencuci tangan, bebas bicara dengan teman-temannya entah pada saat bermain atau saat pulang sekolah. Akibatnya banyak yang sering batuk pilek hingga menulari sesama, bahkan kembali mengidap Covid-19.

5. Masih belum mantapnya sistem pendidikan karena kadang masih bercampur antara sistem PJJ dengan PTM. Masih ada guru yang memberi bahan pelajaran via gawai atau Google Classroom, jadi anak belum bisa kembali sepenuhnya ke sistem PTM murni. Beberapa orang tua memang telah mengizinkan anak-anak memegang gawai, namun ada baiknya pihak sekolah juga memberi kebijakan bagi orang tua yang tidak mengizinkan anak-anak mereka menggunakan gawai di luar pengawasan.

6. Anak-anak menjadi rewel akibat setelah PTM, mereka terburu-buru dibombardir dengan aneka ulangan, tugas dan PR yang tidak pernah mereka kerjakan secara nyata. Karena masih dalam situasi jet lag, nilai siswa-siswi otomatis jatuh atau berkurang, bahkan hingga di bawah KKM (Kriteria Kelulusan Minimal) dikarenakan kurang bisanya siswa-siswi mengikuti pelajaran di bangku sekolah yang nyata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun