Piala Dunia selama ini dianggap sebagai ajang kebebasan tanpa ada banyak aturan, tetapi kali ini tantangan sosial dalam penyelenggaraan kelihatannya akan jadi hal menarik selain siapa yang kelak akan jadi pemenang.
Qatar, negara penyelenggara Piala Dunia 2022 yang akan digelar dalam beberapa hari lagi (20 November hingga 18 Desember) adalah negara Timur Tengah pertama yang akan menjadi tuan rumah bagi pesta sepakbola terbesar di dunia.  Ambasador Piala Dunia 2022 Khalid Salman belum lama ini membuat kegemparan dengan mengeluarkan pernyataan kontroversial bahwa homoseksual itu haram!
Tentunya hal itu membuat fans sepakbola di seluruh dunia yang ingin menyaksikan event terbesar yang diselenggarakan hanya 4 tahun sekali itu sangat terkejut. Pro kontra pun terjadi.
Sebelumnya juga telah dinyatakan adanya aturan suporter LGBTQ tidak boleh masuk ke Qatar, tidak bolehnya ada acara minum miras (alkohol) hingga aturan ketat soal kebebasan berekspresi.
 Tentunya ada yang keras menentang seperti Menteri Dalam Negeri Jerman Nancy Faeser, yang menyebutkan bahwa komentar Khalid Salman itu 'mengerikan'. Beberapa protes juga dilayangkan oleh para pemerhati termasuk pemain sepakbola wanita Inggris, Lotte Wuben-May dan para penonton di laga Bayern Munich versus Werder Bremen. Mereka berkata tidak akan menonton Piala Dunia hingga mengatakan 'persetan' dengan pernyataan Khalid Salman.
Tentu saja sebagai sebuah acara internasional yang akan dihadiri oleh begitu banyak pemain dan penonton dari seluruh dunia, terjadi pertentangan sosial budaya dan agama negara penyelenggara versus kebebasan dan keanekaragaman. Mulai dari hotel hingga stadion akan dibanjiri oleh banyak orang dari berbagai latar belakang dan maksud.
Para pemain sepakbola yang akan berlaga tentu ada yang akan membawa serta pasangan atau istri, para penonton juga mungkin tak datang sendiri, ada rekan dan keluarga. Akan ada banyak pertemuan, perkenalan, percampuran di sebuah titik di mana Qatar akhirnya harus memilih akankah menegakkan tradisi Muslim yang selama ini dijunjung tinggi atau akhirnya akan menyerah, ikut mendukung kebebasan para penonton dan pemain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H