Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Belajar dari Sandal Jepit: Ori versus Kawe

10 November 2022   08:27 Diperbarui: 10 November 2022   09:57 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi via Pixabay

Sering penulis amati, betapa banyak kita lebih suka belanja barang-barang kawe (KW) alias non ori. Alasannya beragam dan kebanyakan diamini dan dijadikan pendapat kolektif. Karena ori mahal, karena kawe aja udah bagus, dan karena mau irit. Coba lihat saja pusat belanja grosir Jakarta Mangga Dua, berderet aneka tas wanita merek wah-wah ala selebriti. Merek apa saja ada, kualitas KW replika premium 99.9 persen super spesial, KW 1, 2, hingga ala kadarnya.

Harganya juga masih berjuta-juta, sungguh unjangkauable bagi penulis. Bagus, mulus, tapi yah... kawe.

Sebenarnya bukan masalah pembeliannya, silakan saja bagi yang berminat dan menyukainya. Juga bukan karena membela atau promo yang aslinya, lho.

Di sini penulis rindu ingin mengajak, jika kita bisa membeli yang orisinal namun murah, mengapa tidak?

Mari kita ibaratkan dengan produk lokal sandal karet warna-warni sejuta umat bermerek sejenis burung itu. Kita bisa selalu mendapatkannya dengan harga murah di warung-warung (random). Namun jika kita membeli tipe/model yang sama di minimarket dengan harga dua kali lipat (masih belum terlalu mahal-mahal amat, anggaplah kira-kira seharga dua bungkus nasi Padang), akan terasa bedanya.

Berdasarkan pengalaman pribadi, sandal jepit yang dibeli di warung rata-rata hanya akan bertahan tiga hingga empat bulan, lalu putus. Walau hanya sebelah, mau tak mau dua-duanya harus dibuang, bukan? Beda dengan yang dibeli di minimarket.  Sepengalaman penulis, sandal yang dibeli dengan harga dua kali lipat malah bertahan selama rata-rata dua tahun! Wah, lumayan, bukan?

Benda lain milik penulis yang bisa dijadikan pengalaman bagi kita semua adalah sebuah headphone.

Ilustrasi via Pixabay
Ilustrasi via Pixabay

Dua-tiga kali penulis membeli headphone kawe. Kualitas suara sebuah headphone kawe mungkin cukup bagus, nyaris mendekati ori. Akan tetapi, bahan baku serta ketahanannya hanya beberapa bulan atau tak sampai dua tahun. Di sini kita belajar bahwa ada harga ada barang. Bukan untuk pamer atau gaya-gayaan, akan tetapi untuk didengarkan dan memberi kepuasan.

Jadi, meskipun pada awalnya sedikit mahal, menurut opini penulis masih jauh lebih baik membeli barang orisinal. Orisinal tak berarti harus barang bermerek terkenal sedunia, hype atau mahal-mahal bin viral. Bukan sekadar demi gengsi atau pamer. Pintar-pintarnya kita saja memilih dan memilah merek apa yang baik, sebisa mungkin dicoba dan dicari review-nya terlebih dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun