Bagi sebagian besar orang yang tidak suka atau merasa tidak bisa menulis, kegiatan menulis sering kali dianggap ringan alias receh dan remeh. Bahkan penulis sendiri pun kadang merasa insecure alias tidak yakin apakah tulisannya akan berguna dan bermanfaat atau akankah dibaca banyak orang.
Demikian yang sering terjadi sebagai anggapan mereka yang tidak suka atau menganggap diri tidak bisa menulis,
1. Menganggap masih lebih mudah bicara (lisan) daripada menulis (tulisan).
2. Menganggap bahwa tulisan takkan dibaca semua orang, hanya untuk yang membaca/menggemari saja. Tidak akan sampai kepada semua orang.
3. Menganggap bahwa tulisan tidak bisa semaunya seperti bicara (nyerocos atau asal-asalan) banyak aturan dan kaidah bahasa yang rumit, ribet. Dalam kata lain, takut salah tulis.
Atau malah si penulis sendiri masih beranggapan demikian,
1. Menganggap bahwa tulisan yang bagus hanya dapat dihasilkan setelah ikut kelas menulis, belajar di bangku kuliah sastra dan kebahasaan, dan hanya mereka yang berbakat atau beruntung saja yang bisa memperoleh kesuksesan.
2. Menganggap bahwa tulisan sepi gara-gara bukan genre pasaran, bukan topik yang sedang viral atau bukan tulisan fiksi berbumbu panas seperti yang sedang dan masih naik daun.
Padahal tulisan kita baik fiksi maupun non fiksi bisa berdampak besar bagi dunia. Sadarkah jika,
1. Menerakan sebuah tulisan sama saja seperti lisan, tidak lebih sukar maupun lebih mudah. Semua orang pasti berkomunikasi, tak hanya bicara, tanpa sadar kita juga sudah banyak menulis. Entah status receh di media sosial, entah chatting, entah hanya mencantumkan jadwal pada memo, memberikan seseorang nota pengingat, apa saja. Hanya saja bagaimana kita ingin mengembangkannya dan bagaimana kita bisa belajar santun berkata-kata.