Sebagai makhluk sosial, manusia tak bisa lepas dari yang namanya berkerumun. Meskipun seringkali kita berusaha sendirian, misalnya seperti saya yang pemalu dan lebih suka bersendiri, ada kalanya situasi mendadak tak terkendali. Misalnya saat dulu terjadi demonstrasi mahasiswa besar-besaran di kampus tetangga yang terkenal sebagai tukang demo. Tidak mau ikut-ikutan, tapi mahasiswa-mahasiswi kampus kami diajak terus dan 'diprovokasi' sehingga kampus kami terpaksa tutup pintu gerbang. Bukan karena tidak solider atau tidak kompak, melainkan demi keamanan bersama.
Berikut beberapa tips apabila terjadi kerumunan dadakan di sekitar kita, berdasarkan pengalaman pribadi tahun 1998.
1. Jangan ikut-ikutan teman-teman/mudah tergiring atau terbujuk masuk hanya atas dasar solidaritas belaka. Keputusan yang tergesa-gesa diambil atau gegabah kadang menjadi point of no return, maka waspadalah.
2. Jika kita berusaha pulang/kembali ke rumah, perhatikan arus pergerakan massa dan buka-tutup pintu/blokiran jalan raya maupun jembatan penyeberangan. Selagi ada kesempatan, selamatkanlah diri kita.
3. Jangan berandai-andai untuk bisa menginap bersama di lokasi keramaian atau berlindung bersama teman/menginap di rumah/kost teman, karena bahkan kelompok yang paling solid juga bisa dengan mudah terpencar dalam situasi chaos.
4. Selalu ikuti arahan atau protokol petugas berwenang, bukan orang yang berteriak-teriak sendiri atau berusaha memprovokasi massa.
5. Dan yang terpenting, segera cari lokasi aman dan kabari keluarga di rumah.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki hak untuk bersendiri, jadi jangan takut memisahkan diri dari kerumunan tak jelas atau usaha menggiring diri kita ke dalam gerombolan yang berpotensi membahayakan. Siapa yang bisa jamin akan bertanggung jawab jika ada hal buruk menimpa kita atas keputusan kita sendiri?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H