Menulis pada dasarnya bebas seperti halnya bicara, akan tetapi banyak hal yang semestinya seorang penulis pertimbangkan:
1. Tiap kata boleh saja memiliki arti yang sama (sinonim) namun memiliki bobot dan rasa yang berbeda. Misalnya, bahagia dan gembira. Banyak yang begitu saja menyamakan arti dari kedua kata ini. Namun bagi yang peka atau menalar lebih jauh, kata gembira sesungguhnya memiliki derajat lebih rendah dari bahagia. Orang yang gembira belum tentu bahagia. Gembira lebih cenderung ke rasa senang, misalnya jika diberi hadiah atau pergi ke taman hiburan. Akan tetapi bahagia lebih ke suasana hati, perasaan yang damai dan tenang.
2. Tidak semua sinonim bisa dipakai, misalnya netra untuk mata dan saliva untuk ludah. Beberapa penulis mencoba menggunakan istilah baru yang dianggap keren ini, akan tetapi lupa bahwa ada banyak istilah yang hanya bersifat teknis, medis atau tak dapat serta-merta begitu saja digunakan sebagai sinonim.
3. Penulis harus bisa merangkul semua kalangan, menggunakan kata-kata sederhana saja namun cukup makna dan bisa dipahami semua pembaca tanpa menimbulkan ambiguitas atau pertentangan makna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H