1. Pernikahan bukanlah sekolah untuk mengubah pasangan hidup kita untuk menjadi lebih baik. Banyak pasangan yang berpikir 'aku harus bisa mengubah suami atau istriku seperti yang kuharapkan', ini adalah hal yang tidak benar. Pasangan kita memiliki sisi positif -negatifnya sendiri, jika apa yang ada padanya negatif, kita yang merasa diri positif harus cermat menutupinya. Bukan memaksanya menjadi apa yang kita inginkan atau apa yang kita anggap baik.
2. Pernikahan juga membutuhkan me-time alias waktu untuk bersendiri. Tak melulu harus bersama pasangan di waktu luang. Namun tetap harus ada kebersamaan di penghujung hari, entah dengan berkencan, istirahat bersama di kamar, bahkan mencium pipi dan keningnya saja sudah sangat membahagiakan.
3. Bukan prinsip 'ia mencintaiku, jadi ia wajib membahagiakanku!' melainkan milikilah prinsip 'aku mencintainya, karena itu aku wajib membahagiakannya!' Bukan berarti kita bucin atau egois, namun kita yang harus menjadi pionir dalam melimpahkan cinta.
4. Belajarlah untuk memiliki prinsip unconditional love seperti yang dimiliki hewan-hewan peliharaan (bukan bermaksud menyamakan, namun sangat baik untuk dijadikan teladan.)
5. Rangkaikanlah cinta, bukan ikatkanlah cinta. Jangan salfok dengan judul sinetron. Ikatan berarti ada yang sesuatu yang membelenggu, ada konotasi erat dan menyakitkan di sini. Rangkaikan saja cintamu, jadi tetap terhubung dengan nyaman, ada ketentraman dan juga keharmonisan dalam rangkaian cinta Anda berdua.
Salam penuh cinta, Kak Jul.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI