Menjadi seorang penulis entah artikel atau novel adalah impian banyak orang. Banyak yang mengira hanya dibutuhkan bakat saja, padahal bakat hanya berperan sekitar 10 persen sedangkan minat mungkin diperlukan hingga 90 persen.
Menulis sebenarnya sama saja seperti berbicara, sangat mudah bagi sebagian orang pendiam (seperti saya) dan juga bisa jadi dirasa sangat sulit bagi sebagian orang yang beranggapan berbicara langsung jauh lebih mudah.
Sebenarnya menjadi penulis itu mudah, asal punya banyak waktu dan juga beberapa sarana penunjang seperti komputer, telepon genggam, dan keyboard bluetooth juga akan sangat membantu.
Berikut ini beberapa ide dan masukan dari saya sebagai penulis lama tapi baru, baru tapi lama :
1. Jadikanlah seseorang yang dicinta atau keluarga sebagai motivasimu untuk menulis. Jangan menulis hanya karena nge-fans pada grup musik atau aktor dan aktris tertentu atau karena sedang ingin mencari pelarian dari keinginan yang tak sampai.
2. Bila tak ada keluarga atau kekasih sekalipun, mungkin suatu kejadian atau peristiwa yang ada bisa mendorongmu juga untuk mulai menulis, menyuarakan pengalaman seseorang atau sesuatu di luar sana juga bisa memotivasimu untuk merangkai kata-kata tanpa wicara.
Menulis karena sesuatu yang dekat, nyata dan hidup akan memberikanmu gairah baru untuk tetap menulis dan takkan ada yang namanya perasaan stuck, jenuh atau bosan bila kamu menulis dengan penuh cinta kasih dan keinginan untuk terus mengekspresikannya.
3. Sama seperti memasak, mandi, menonton televisi, tidur atau melakukan banyak hal sehari-hari, menulis juga adalah kegiatan hidup yang menyenangkan. Bila memang ingin dijadikan kegiatan pengisi waktu luang, jangan sekali-kali dikategorikan sebagai kewajiban, apalagi dianggap sebagai beban.
4. Posisikan dirimu sebagai penonton / pemirsa, bukan sebagai sutradara. Kebanyakan penulis ingin mengatur alur sebaik mungkin hingga semua tertulis sempurna, padahal bila kita yang membaca atau menonton film, kebanyakan kita akan menjadi lebih kritis dan mampu mengekspresikan dengan bebas, misalnya 'saya lebih suka kalau begini...'.
Nah, dalam menulis, kita harus bisa menjadi penonton atau pembaca tulisan kita sendiri terlebih dahulu, sebelum meluncurkannya kepada publik.
Bisa juga diumpamakan sebagai food tester, sebuah hidangan sebelum dihidangkan kepada pelanggan / tamu restoran, daripada menjadi koki / chef saja, penulis harus bisa menjadi food tester juga alias membaca dahulu apakah rasa dari tulisanmu sudah cukup enak atau belum.