Beberapa hal yang sering menjadi momok bagi seorang penulis pemula adalah PUEBI. Saya dulu juga tak terlalu memperhatikan PUEBI, karena saya merasa lebih baik menulis apa adanya sesuai kata hati. Tapi tunggu dulu, PUEBI sebenarnya dibuat bukan hanya untuk memudahkan, tapi juga agar bacaan dalam Bahasa Indonesia menjadi lebih teratur, menyenangkan, dan dimengerti semua orang.
Beberapa PUEBI yang masih sering ditemukan keliru dalam beberapa bacaan yang dibagikan sesama penulis adalah penggabungan dan pemisahan kata.. Misalnya : kepadamu ditulis kepada mu, miliknya ditulis milik nya. Hal seperti ini sangat sepele tapi cukup mengganggu kenyamanan membaca.
Juga kata kerja dan kata petunjuk tempat. Contoh : Kata yang betul adalah diletakkan, bukan di letakkan. Dan di rumah, bukan dirumah.
Juga pemakaian huruf besar / kapital. Bila ingin menggunakan huruf besar, seyogyanya digunakan pada awal nama tempat, tokoh, obyek wisata, hari, kota dan masih banyak yang lain. Tentunya di awal kalimat jangan lupa. Dan gunakanlah dalam kapasitas yang benar.
Pemakaian huruf besar / huruf kapital yang berlebihan akan sangat mengganggu pembaca. Karena dalam dunia tulis-menulis, huruf kapital / huruf besar digunakan secara terbatas hanya untuk larangan atau peringatan, misalnya JANGAN DUDUK DI DEPAN PINTU atau DILARANG MEROKOK.
Pemakaian untuk hal-hal lain diperbolehkan, khususnya untuk karya komik. Mengapa? Untuk memudahkan pembacaan, karena teks dan gambar harus bisa dibedakan dengan jelas. Tapi MOHON TIDAK DIGUNAKAN UNTUK MENULIS NOVEL.
Karena akan sangat mengganggu kenyamanan pembaca, selain terbaca seperti teriakan atau jeritan, juga kurang elok untuk dipandang mata.
Pemilihan kata juga adalah suatu unsur sepele namun sangat penting. Sebaiknya kita lebih kreatif dalam memilih kata-kata, misalnya daripada menggunakan kata 'enak' yang sudah sangat umum digunakan, masih sangat banyak sinonim seperti : lezat, sedap, nikmat. Lalu selain kata pengantin, masih ada alternatif kata mempelai. Pula bila Anda benar-benar ingin membuat kesan berbeda, gunakanlah kata yang jarang dipakai orang lain, semisal alunan nada daripada kata bunyi musik, Â biduan daripada penyanyi.
Dan juga dalam mengapresiasi karya sesama penulis maupun sebagai pembaca, hendaklah kita memberi masukan dan saran yang sopan santun dan juga tak menyakitkan hati dan mengecilkan semangat. Janganlah seperti "Kamu tak benar, jangan begini begitu, dasar kamu begitu!"
Sebaliknya saya selalu berusaha berkata, "Sayangku, ini sudah baik, namun ada sedikit masukan dan saran, ini sebaiknya begini, karena begitu, terima kasih."