Curhat colongan alias curcol pagi dulu sebelum mulai kerja. Tadi pagi penulis habis ngutang di warung dan di minimarket.
Waduh, betul-betul tak biasanya, malu jadinya!
Bukan karena gak punya uang. Uang sih ada, tapi di bank dan di dalam mesin ATM. Masalahnya, ATM tempat biasa mengambil uang tunai sedang rusak, konslet listrik dan dimatikan, padahal di saku penulis sedang tak ada uang kertas kecuali untuk pulang, dan terlanjur mau isi kartu bis Transjakarta prabayar lagi. Syukurlah minimarket langganan bilang boleh besok, jadi penulis bayar seberapa adanya dengan uang kertas baru yang tadinya ingin disimpan untuk koleksi. Ya sudahlah, lain kali cari lagi uang kertas lain pecahan sepuluh ribu, daripada berutang banyak lebih baik setengahnya saja.
Dan juga pas mampir di rumah makan kecil langganan, penulis tadinya segan ingin membeli lauk, karena uang tunai sudah tinggal ongkos pulang nanti, syukurlah ibu pemilik warung yang sangat baik hati karena penulis sudah langganan, bilang "Gapapa ambil dulu. (Bayar) boleh besok saja, Mbak."
Nah, perasaan ngutang atau berhutang ini jujur saja, sungguh sangat tak enak, walau saya sebetulnya masih punya uang walau tak banyak-banyak amat di pundi-pundi elektronik. Bayangkan bila memang uang tunai susah didapat padahal dana ada di sana. Nah, repot kan jadinya, bila tak ada stok satu atau dua lembar uang  goban atau cepekceng.
Besok penulis harus buru-buru lunasi nih, biar masih bisa dipercaya dan juga mengembalikan perasaan enak itu.
Sebab hidup yang paling enak adalah hidup bebas utang-piutang. Semua Lunas Tuntas.
Salam, Wiselovehope.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H