"Iya sih." tersipu malu, teringat pas kuliah ia sering menemukan foto-foto artistik pria-wanita tanpa busana di perpustakaan kampus. Tergantung dari sudut pandang mana, bisa jadi menarik, bisa jadi erotik.
"Gak munafik, aku sudah pernah lihat foto dan gambar begituan sebelumnya. Tapi secara langsung, ehh.. belum."
"Aku juga belum. Sama. Kita belajar sama-sama ya mulai malam ini." polos sang pangeran, pasang tampang baby face paling innocent.
"Dasar Rey."
Joy tahu, ia sudah boleh melakukan apapun dengan Rey mulai hari ini, mulai malam ini. Dan Rey masih menunggunya dengan cukup sabar, ini adalah hal yang masih sangat baru juga bagi keduanya.
Selama pacaran, mereka cukup tahan iman hingga saat ini, berhasil untuk tak berbuat hal yang masih tabu itu saat belum resmi, tapi tabu itu telah tak tabu lagi, apalagi malam semakin larut.
Rey membimbing Joy ke dalam pondok cinta mereka. Disibaknya tirai yang melambai-lambai ditiup angin laut malam hari, lalu segera menutupnya lagi.
"Dingin? sebentar lagi dijamin hangat kok." diledeknya Joy, yang seketika jadi jengah. Ini sangat mendebarkan dan menegangkan bagi si polos Joy yang masih malu-malu , setidaknya, karena pertama kalinya bersama di satu titik sebagai suami istri.
"Iya, dingin."
Joy membiarkan Rey mendekapnya. Hangat. Mereka saling memandang dalam keremangan.
"Di sini, hari ini, dan seterusnya, kita mulai kisah kita." katanya takzim.
"Janji mau pelan-pelan dulu?"
"Hah?"
"Iya, takut sakit."
Rey tergelak. "Aku baca sedikit tentang itu. Gak sakit katanya. Asal cukup 'dipanaskan' " ucapnya sedikit lebih rendah.
"Memangnya mesin?"
"Seperti itulah." mata Rey seakan tersenyum. Joy membuang pandang malu. Sama Rey sih, gak akan susah. Membayangkannya saat mereka ke kolam renang, Rey hanya pakai celana renang selutut saja, Joy jadi jengah. Apalagi bila Rey, uh..
Sebenarnya perempuan sama saja dengan laki-laki, punya nafsu beranak-pinak juga. Jadi, untuk apa malu-malu? Di sini, toh aku sudah resmi dengan Rey dan tak ada Chelsea atau siapapun yang bisa membuatku cemburu lagi. - Joy tak lagi malu, malah saat teringat akan Chelsea entah mengapa ia terpacu untuk lebih lagi ingin 'menguasai' Rey hanya untuknya seorang!
Rey yang sedari tadi diam memandang Joy, tiba-tiba dapat kejutan manis. Joy menarik wajahnya mendekat dan mencium mesra pipinya seperti saat mereka pulang kencan pertama kali.
"Eh, Joy?" pemuda itu gantian jengah, "Hmm, ya, kau memang nakal. Harus dihukum."
"Sebal aku membayangkan Chelsea dulu dekat denganmu."