"Kita belum tahu apakah motivasinya kali ini tulus, atau masih sama seperti saat kami sekolah dulu. Chelsea takkan mau mengeluarkan uang sepeserpun membeli foto-foto candid Rey-Putri Zoy, eh, Joy, dari paparazzi Liz apabila tak akan balik modal atau mendapat keuntungan yang lebih besar."
Kata-kata Putri Agnez yang membuka borok Putri Chelsea itu tak ayal membuat duo Putri jahat mengerang penuh kemarahan.
"Aargh !!! Agnez, biasanya kau nerd abis tapi hari ini berani juga kau ngomong di depan orang banyak !!! Kami takkan pernah memaafkanmu !!! Awas !!!" Mereka berdua pasang kuda-kuda hendak menyerbu Agnez, seperti dulu mereka pernah lakukan di sekolah, menindas cewek-cewek lemah.
"Wah, tak bisa dibiarkan. Ayo kalian berdua, keluar dari sini." Yin dan Yang sedari tadi ada di pojok, mengawasi dalam diam, namun kali ini mereka turun tangan. "Pengawal dan pengawas Royal Game, kedua putri ini tidak bermotivasi baik semenjak pertama kali tiba dalam kontes ini, merundung Putri Agnez dan juga Joy. Amankan mereka."
Tentu saja, tak lama, kedua gadis cantik itu sudah digiring keluar dari ballroom sambil mencak-mencak.
"Ini belum berakhir !!! Awas kalian semua !!!"
Yin dan Yang beralih pada Pangeran Rey yang masih berdiri di podium, belum bicara lebih lanjut mengenai keputusannya. Joy resah memandangnya.
"Rey, jangan begitu. Aku tak ingin kau pergi dari sini meninggalkan keluargamu. Ayahmu tetap ayahmu, raja, dan kau satu-satunya keturunannya. Kau tak boleh mengecewakannya dengan lebih memilihku dan meninggalkan Evertonia."
"Joy, aku.. Aku.." Rey gundah. "Tapi aku tak ingin menjadi raja. Aku tak bisa menjadikanmu ratu."
"Bro Rey, kau serius mau meninggalkan semua statusmu?" Yin berbisik.