"Begini saja," bisik Yang. "Bagaimanapun kalian berdua sudah menang. Hubungan kalian ini resmi dan diakui Evertonia, walau jalan menuju pernikahan masih panjang. Kau boleh pergi ke manapun kau suka,
Tapi jangan lepaskan keluargamu, raja kami adalah juga ayahmu, bagaimanapun tetap ayahmu, dan tak bisa menjadi mantan ayah.
Pergilah kembali ke Evernesia, ambil liburan, lanjutkan kuliah, dan tetap bersama Joy,"
"Tanpa meninggalkan keningratanku, dan tugas masa depanku?"
"Ya. Itu masih sangat lama, entah kau mau jadi raja atau tidak, kita belum memiliki solusinya. Tapi kami mohon. Jangan lepas statusmu sebagai pewaris tahta. Orang lain tak ada yang bisa menggantikanmu. Evertonia membutuhkanmu."
Rey akhirnya tersenyum lagi. "Ya. Seperti dahulu lagi. Aku bisa tetap berbakti pada negaraku tanpa harus duduk di atas tahta. Baiklah. Ini keputusanku, Evertonia.
Karena aku sudah menjadikan Joy pemenang dan mengumumkannya hari ini, aku tak jadi mengundurkan diri dari keningratanku. Tapi izinkanlah aku tetap bersamanya sampai tiba waktunya aku kembali ke mari."
Seisi istana tertegun mendengar pernyataan terkini Pangeran Rey itu.
Ya, tak perlu menjadi raja yang duduk di atas tahta seperti ayah. Rey tetap bisa menjadi pahlawan bagi Evertonia suatu hari nanti. Apalagi ia kini bertambah dewasa dan bersemangat setelah bertemu dengan Joy.
"Evertonia, izinkanlah pangeran kalian ini pamit lagi menempuh studi di Evernesia, dan suatu saat nanti aku berjanji, akan kembali membenahi negeri ini, mungkin bila tak bisa menjadi raja, tetap aku akan setia berbakti bersama kekasihku Joy."
Hadirin mula-mula diam, tapi Putri Agnez  mulai bertepuk tangan. "Yeah, Pangeran Rey dan Joy si Jelata !!! Mereka pasangan idola kita, dengan berani mendobrak tradisi dan setia menanti hingga menyatakan diri secara terbuka. Ayo kita restui hubungan mereka ini dan belajar untuk tak terlalu terpaku pada undang-undang monarki yang sudah beratus tahun tak berganti."