"Kalian mau apa dariku?" tanya Joy, berusaha untuk tetap tenang, tak terprovokasi.
Di-bully, ia sudah biasa. Di sekolah dahulu, saat ia masih begitu polos dan nerd, teman laki-laki tak ada yang suka padanya, jadi ia begitu sering diejek : kutu buku, profesor, mata empat. Bukan tipe cewek favorit semua cowok.
Tapi kali ini dua putri cantik yang seharusnya begitu baik hati seperti putri Disni, malah berubah menjadi malaikat bertanduk. Hanya tak bersayap dan berbuntut iblis.
Joy bisa mencium aroma permusuhan yang begitu anyir, yang tak mudah untuk dilawan begitu saja atau diabaikan.
Apa yang harus kulakukan?
"Jauhi Pangeran Rey, Putri Asing. Kau tak bisa mengambilnya begitu saja." Putri Chelsea berbisik di telinga Joy dengan napas sewangi bunga namun bernada sebusuk sampah. "Pangeran Rey adalah teman masa kecilku, cinta monyetku, kami pernah kencan sat SMU. Jadi tentu saja aku menang banyak di matanya, kami saling mengenal sampai sedekat-dekatnya, seakrab-akrabnya, sedalam-dalamnya."
Dan Putri Velove menambahkan, "Mereka calon raja dan ratu masa depan yang ideal."
Putri Chelsea mendekat lagi, dicengkeramnya lengan Joy sekuatnya dengan kuku-kuku jari palsunya yang berkuteks mengkilap hingga kulit Joy nyaris luka. Sakit, namun Joy tak kuasa melepaskan.
"Ingat itu baik-baik. Kau tak punya kesempatan. Bila kau nekat, kami takkan segan memberi pelajaran berharga untuk kau bawa pulang ke Outer Evertonia."
Ha - ha- ha -ha -ha.