Kaki Joy gemetaran. Nervous-nya kumat seketika. Rasanya demam panggung. Mau jatuh pingsan. Pandangannya mulai gelap. Perutnya melilit.
Aduh, bisakah aku bertahan?
Perasaan yang sama seperti bila harus maju sidang Tugas Akhir beberapa waktu silam. Tapi waktu itu ia terus berpikir soal Rey.Â
Membayangkan pertemuan pertamanya nanti dengan kencan yang 'nyaris buta' -hanya tahu sedikit gambaran gebetannya si misterius Rey lewat foto dan cerita- Dan ia berhasil melewati itu semua dengan sedikit mujizat, bisa juga tampil kalem saat presentasi.
Kali ini hampir sama, demi Rey juga. Walau dalam skala lebih besar.
Baiklah, sudah jauh-jauh kemari, jangan menyerah begitu saja.
Aku harus bisa dan aku harus menang!
Joy pun berdiri, berusaha tegak dan tetap stabil di atas sepatu hak tinggi yang baru belajar dikenakannya beberapa saat yang lalu. Ia melangkah ke panggung dengan setenang mungkin.
"Putri Zoy dari Outer Evertonia, perbatasan terluar yang terlupakan, ehm, tapi sangat menarik karena wilayah ini diibaratkan Alazka-nya Evertonia, di luar mainland kita tapi konon masih liar dan penuh potensi. Wilayah baru bergabung, ya Pangeran?" MC, Mr. Brokoli sedikit bercanda.Â
"Aku Putri Z... Zoy, salam kenal." ucap Joy sedikit kaku, meringis. "Aku tak seberapa hebat, atau cantik, baru lulus kuliah senirupa dan desain." ucap Joy sambil sedikit malu-malu memandang ke arah Pangeran Rey, mencari dukungan, berharap sedikit support. Sayangnya Rey seperti tak menatap balik, matanya tersembunyi di balik kacamata hitam keren berkilau. Bibirnya juga tak tersenyum.