Artis dan penyanyi Gisella Anastasia baru saja mengakui keterlibatan dalam video intim berdurasi 19 detik yang beberapa bulan belakangan viral beredar di media sosial.
Di sini bukan hal tersebut yang akan penulis sorot, namun masih berhubungan dengan hubungan percintaan dan pasangan, terutama suami istri. Terlepas dari siapa pemeran pria dalam video tersebut, apakah suami Gisel atau bukan, apakah perbuatan merekam adegan antara pasangan yang selayaknya jadi konsumsi pribadi, bahkan seharusnya tak pernah diabadikan itu, adalah perbuatan yang oke-oke saja?
Foto maupun video PDA (Public Display Affection) yang seksi saja kadang bisa memicu timbulnya kontroversi, apalagi video yang menjurus pada pornografi atau memperlihatkan sebagian atau seluruh bagian tubuh manusia.
Berfantasi atau melakukan imajinasi terliar bersama pasangan yang halal sebenarnya sah-sah saja, namun alangkah bijaksananya apabila hal tersebut tak usah dijadikan video, dibuat selfie atau wefie, difilmkan atau diabadikan.
Selain karena jejak digital tak mudah untuk dihilangkan, tindakan tersebut akan sangat beresiko tinggi apabila:
1. Putus atau retaknya hubungan suami istri, dimana satu pihak yang kecewa dapat saja membongkar simpanan dan menyalahgunakan dokumentasi digital intim bersama mantan pasangannya.
2. Bila terlanjur tersebar, selain merasa malu, Anda akan memberikan dampak negatif seumur hidup kepada seluruh anggota keluarga seperti anak-anak, orangtua dan saudara-saudara. Mereka rentan mengalami perundungan dan cap negatif atas hal yang tak pernah mereka lakukan atau inginkan.
3. Budaya Timur yang sopan-santun selayaknya dijaga, dimana sebagai pasangan sebaiknya mampu menahan diri untuk tidak terlalu memamerkan keindahan fisik pasangannya, terutama bagian-bagian intim, dimana sebagian orang yang tak kuat melihatnya dikhawatirkan tak mampu menahan diri lalu melakukan pelampiasan kebutuhan seksual berupa pelecehan, rudapaksa dan sebagainya.
Jadi, bila Anda dan pasangan berencana untuk mengabadikan kemesraan, hendaklah berpikir dua kali, walaupun pertamanya Anda ingin rekaman itu hanya dianggap sebagai koleksi pribadi. Â Sebaiknya urungkan niat itu, biar kenangan indah disimpan dalam hati dan pikiran masing-masing saja, daripada direkam dalam kamera. Ibarat ranjau yang disembunyikan, video dan foto intim adalah bahaya laten yang mengancam sewaktu-waktu, yang bila meledak, dapat memporak-porandakan hidup Anda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H