Sejak ayah tiada pada tahun 2000, hanya ibu yang kupunya. Walau lama tak bersua. Masih dipisah oleh pandemi.
Ibuku lebih atraktif dariku. Aku, terus terang saja, tak mewarisi kecantikannya. Namun ia titipkan cintanya, kasih sayangnya, iman percayanya. Yang membuatku percaya pada cinta, pun percaya Tuhan itu ada dan nyata. Setiap malam, ia berdoa, agar anak-anaknya dilindungi Tuhan YME.
Masakan ibu sederhana, namun sangat lezat. Aku ingin bisa seperti dia, walau bakatku tak seberapa. Ibu masih tangkas mengemudi, walau usianya mulai senja. Aku tak bisa menyetir motor, apalagi mobil. Ibuku serba bisa. Wanita luar biasa.
Namun yang paling berkesan dan terbawa hingga sekarang adalah kasih sayangnya.Â
Aku ingin bersama keluargaku, bisa menjadi kebanggaan ibu. Sungguh sangat sulit menjadi sepertimu, Bu. Masih kurang sabar terhadap anak-anakku. Masih mudah mengeluh. Masih belum bisa mendidik sepenuh hati. Masih jauh dari sempurna, namun aku akan terus berdoa dan berusaha.Â
Ibu tak mesti sempurna, namun mesti jadi tersemuanya bagi kita.
Selamat hari ibu, untuk ibuku, diriku, ibu-ibu guru, ibu atasanku, ibu rekan-rekanku dan semua ibu di seluruh Indonesia. Semoga doa-doa terbaik kita sebagai ibu dan kepada ibu selalu dijawab-Nya dengan segala berkat dan kebaikan. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H