"Play Victim" adalah mereka yang dahulu minta tolong atau seolah-olah jadi pihak lemah, yang perlu dibantu, namun setelah mendapat apa yang diinginkan, atau tak puas pada bantuan, membalikkan keadaan dan berlagak sebagai korban.
Korban situasi. "Maaf tak bisa bayar hutang dulu, belum kerja, lagi pandemi". Korban hubungan gagal. "Dianya sih selingkuh, aku ditinggal tanpa sebab". Korban 'human error' pekerjaan. "Gara-gara salah bawahan, aku disalahkan juga jadinya."
Mereka yang diam saja, tidak termasuk golongan yang Play Victim ini. Kebanyakan yang Play Victim akan berkoar-koar di media sosial tentang "Aku Dibegitukan" dan akhirnya ada yang mencoba membalikkan keadaan dengan mem-bully atau merisak pihak yang membuatnya kecewa, pihak yang dulu dirasanya baik hati atau menolongnya.Â
"Si itu tuh gak tulus, dia yang salah, dia yang selingkuh, dia yang gak jujur, dia yang paksa aku kembalikan hutang, dia yang gak periksa dulu," dan lain-lain.
Mereka yang diam saja, akan berdoa dan tak melawan. Apapun yang disangkakan orang. Mungkin mereka memang 'ada' salah, tapi tidak sepenuhnya gegara mereka, melainkan berasal dari hulu sebab akibat yang hilirnya adalah ketidakpuasan satu pihak.
Lebih baik mana, yang Play Victim atau yang diam saja? Tergantung hasil akhir mana yang Anda inginkan. Mau jadi pemenang? Mungkin yang Play Victim akan lebih mendapat tepuk punggung, simpati dan perhatian sesaat. Namun yang diam dan pasrah berdoa kepada Tuhan, akan lebih lagi puas mendapatkan jawaban yang nyata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H