Aku adalah serpihan kata yang tak terbaca. Tertulis tapi tak bermakna. Ditulis oleh tangan yang berjiwa melayang, terbawa angin tak tentu arah.
Tetes demi tetes butiran air mata mengalir, di pelepah pipi yang halus ini, hingga deras seperti guyuran hujan tadi malam.
Apakah dengan cara ini aku tumpahkan lelahku? Bertahan dan terus berani melawan hati. Hati yang remuk sungguh sulit dirangkai kembali.
Kairo, 17 November 2019.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!