Penulis: Punguan Gihon Togatorop, Mahasiswa Fakultas Teologi
Pengantar
Ketika kita membahas pengertian dan pemahaman tentang pastoral dan konseling tentu kita sudah dapat menebak tujuan dari konseling pastoral. Tetapi, kita perlu mengulas kembali bagian ini, lalu kemudian merincikan dan menegaskan kembali persoalannya. Selanjutnya melihat hal-hal lain yang juga menjadi tujuan konseling pastoral itu sendiri.Â
Ternyata banyak hal yang dapat dicapai jika konseling pastoral diaplikasikan
secara baik dan terencana, terlebih jika melibatkan jemaat yang memang potensial. Oleh karena itu, artikel ini bertujuan untuk mengetahui Penyebab terjadinya gangguan jiwa seseorang dalam kehidupannya dan apa yang harus diterapkan untuk menangani seorang
yang terjangkit gangguan jiwa.
Konseling Pastoral menurut Yakob B. Susabda adalah hubungan timbal balik
(interpersonal relationship) antara hamba Tuhan (pendeta) sebagai konselor dengan konselinya (klien,orang yang meminta bimbingan), bila mana konselor mencoba membimbing konselinya ke dalam suatu suasana percakapan pendampingab yang ideal (conducive atmosphere), yang
memungkinkan klien itu betul-betul dapat mengenal dan mengerti apa yang sedang terjadi pada dirinya sendiri, persoalannya, kondisi hidupnya dalam relasi dan tanggung jawabnya kepada Tuhan. Salah satu pendampingan yang amat strategis yang dilakukan gereja adalah mengajar jemaat tentang kebenaran firman Tuhan. Ketika tugas tersebut dilaksanakan, ia mampu menjangkau banyak orang. Sebaliknya, ketika tugas konseling pastoral tidak dilakukan, ia hanya menjangkau sedikit orang. Lagi pula, tugas pelayanan konseling pastoral dirasakan cukup berat dan sulit, mengingat keberhasilan tergantung pada kedua belah pihak konselor dan konseli Pastoral
menurut Totok S.Wryasaputra merupakan proses perjumpaan pertolongan antara dua orang
manusia sebagai subyek, yakni konselor dengan konseli. Intinya, antara konselor dan konseli terdapat hubugan timbal-balik dan gerak pemahaman yang utuh. Konseli tidak dipandang sebagai objek, melainkan dipandang sebagai subjek.
Menurut Depkes RI (2010) gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa yang menimbulkan penderitaan pada individu
dan hambatan dalam melaksanakan peran sosial. Gangguan jiwa atau mental illenes adalah kesulitan yang harus dihadapi oleh seseorang karena hubungannya dengan orang lain, seseorang itu juga kesulitan karena persepsinya tentang kehidupan dan sikapnya terhadap dirinya sendiri-sendiri (Budiman, 2010).
Apa Penyebab Terjadinya Gangguan Jiwa Pada Seseorang dalam Kehidupannya?
Gejala utama atau gejala yang paling menonjol pada gangguan jiwa terdapat pada unsur kejiwaan. Tetapi penyebab utamanya mungkin di badan (somatogenik), di lingkungan sosial
(sosiogenik), ataupun psikis (psikogenik), (Maramis, 2010). Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbullah gangguan badan ataupun gangguan jiwa. Namun, riset yang saya dapat bahwa orang tersebut mengalami gangguan jiwa karena
masalah yang dihadapi dia sangat berat yang mengakibatkan dia tidak bisa mengontrol dirinya lagi. Juga akibat dari otaklah yang membuat ia tidak sadar siapa dia. Misalnya, seperti penyakit Hipoaktifitas lobus frontal telah menyebabkan efek menjadi tumpul, isolasi sosial dan apati. Sedangkan gangguan pada lobus temporal telah ditemukan terkait dengan munculnya waham,
halusinasi dan ketidak mampuan mengenal objek atau wajah. Gangguan prefrontal pada pasien skizofrenia berhubungan dengan terjadinya gejala
negatif seperti apati, afek tumpul serta miskinnya ide dan pembicaraan. Sedangkan pada bipolar
disorder, gangguan profrontal telah menyebabkan munculnya episode depresi, perasaan tidak
bertenaga dan sedih serta menurunnya kemampuan kognitif dan konsentrasi. Dwifungsi sistim
limbik berkaitan erat dengan terjadinya waham , halusinasi, serta gangguan emosi dan perilaku.
Penelitian terbaru menemukan penyebab adanya perubahan struktur dalam sirkuit syaraf yaitu adanya kerusakan dalam auditory spatial perception (Hunter et all,2010).
Apa yang Harus Diterapkan Untuk Menangani Seorang Gangguan Jiwa dengan Konseling?
Istilah intervensi merupakan istilah yang saat ini sangat umum digunakan orang untuk menunjuk pada berbagai macam tindakan yang dimaksudkan untuk memberikan kesembuhan atas gangguan kejiwaan atau pelurusan atas penyesuaian diri yang salah. Dengan kata lain, intervensi dalam konseling pastoral ada kata yang positif, karena bersifat campur tangan atau mendampingi.
Seperti yang diketahui bahwa dengan Pendekatan Konseling Pastoral seorang Konselor dapat mendekatkan diri untuk
membuat seorang Gangguan Jiwa merasa nyaman agar bisa menceritakan masalahnya agar
mengerti bahwa memiliki masalah dalam tingkat atau level dimana. Yang dilakukan Konselor yaitu memberi pertanyaan-pertanyaan yang membuat dia benar-benar atau bergairah untuk
menceritakan masalahnya tersebut. Pemberian nasihat juga bisa dipakai dengan memberitahukan
mengenai keadaan atau cara yang dapat ditempuh mengenai masalah yang dialami klien.