Mohon tunggu...
Randi Eka
Randi Eka Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Musiman

Menulis dimulai dari hobi belaka.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Diam Itu Emas? (Jawaban dari Pengalaman)

30 Juli 2011   08:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:14 1066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13120251411436783990

Lagi nungguin temen gue si Boby alias bakti yang katanya mau maen ke tempat ku ni. Lama banet, mungkin dia naek delman bekicot ya..biasanya kan delman pakai kuda, dia mungkin malah pake bekicot. Seperti lagunya Zivilia.. “menunggu sesuatu yang sangat menyebalkan bagiku....”, yupz...bener banget tu, menunggu emang malesin, buang2 waktu, so for my empty time gue gunain buat nulis. Kalian pasti pernah denger sebuah statement “Diam itu emas”, tentunya udah donk, emang udah familiar bgt tu kalimat. Dulunya gue agak gak terima dengan kalimat itu, kalo diam emas, terus ceret apaan? Comberan? Jelas2 gak terima, karena gue juga salah tipikal orang yang cerewet. Sekarang gue baru tau dan menemukan kebenaran dari kalimat diam itu emas. Awalnya gini, waktu itu gue bikin treat/postingan di suatu forum, intinya gue ngajakin diskusi tentang sesuatu. Nha..karena memang yang gue bahas itu merupakan moment yang bakal jadi deadline kita jadi banyak banget yang nanggepin. Dimanapun ada forum kayaknya udah gak bakalan jauh2 dari yang namanya perdebatan, jadi keinget kata temen gue di tempat gue magang jadi jurnalis di suatu pewartaan, mbak Sri, dia bilang tentang teori dialetika, ada yang namanya thesa (pro) dan ada juga antithesa (kontra) dan ada yang namanya sinthesa (hasil, bisa gagal ataupun sukses). Pada perdebatan di postingan yang gue bikin pun juga seperti itu. Gue sebagai admin jadi bingung sendiri mau ngapain kalo udah pada ngotot dengan saling beradu opini2 yang menurut pribadi mereka masing2 yang terbaik. Ibaratnya kalo mereka diskusinya gak diinternet gitu, misal ketemuan dimana pasti ramenya udah bakalan ngalah2in ramenya suara kucing kawin masal.

Disinilah orang bijak harus bertindak, dengan cara mencari jalan tengah yang tidak merugikan semua pihak. Tapi terkadang jalan tengah juga susah didapat kalau dalam suatu perseteruan seperti itu sudah diselimuti dengan emosi untuk mempertahankan argument masing2. Gue jadi sadar, jadi moderator itu juga gak gampang ya, kayak pak Marzuki Ali yang kalo mimpin suatu pleno pasti musti sabar banget. Gue juga jadi keinget, kumpulan orang2 cerdas aja, kayak pas kongres PSSI yang pertama kemaren bisa gagal karena adanya hujan interupsi yang deras, itu juga mungkin terjadi karena individu2 yang ada merasa argumentnya yang paling benar. A little problem will be change to be a bigger problem when the solution in a provocation. Selalu ada profokasi dalam setiap ketidakbenaran. Begitu juga pada forum yang kemaren gue mosting disana. Belum menemukan conclusion aja udah ribut, dan daripada merebak menjadi sesuatu yang tidak diinginkan maka gue pun setuju buat nutup threat itu dengan menghapus postingan gue. Dan akhirnya kelar. Sinthesanya = GAGAL TOTAL.

Dari khasus itu gue pribadi belajar beberpa hal, diantaranya :

Membenarkan statement “DIAM ITU EMAS”, disini gue jadi membernarkan kalimat tersebut, padahal tadinya gue benci karena terbukti berlawanan dengan kepribadian gue. Jadi diam itu emas menurut pandangan gue bisa dipakai pada saat ada dalam suatu forum. Jika memang peserta tidak menguasai mosi atau keadaan yang sebenarnya lebih baik diam, karena dari pada cuap2 malah jadi comberan, mendingan diem, dapet emas. Karena ketidakmengertian diikuti keiikutcampuran bakal menjadikan suasana menjadi kurang kondusif, apalgi kalo dibelakangnya ditambah dengan provokasi2 tak bertanggung jawab, ancur tu forum, masalah gak bakal kelar.

Jangan beranggapan kalau diskusi untuk mencari kemenangan¸pasalnya jika memang kita ngotot supaya apa yang kita inginkan terlaksana dengan tidak mempertimbangkan argument2 lain yang mungkin lebih oke, karena demi mencari wah atau apa, maka itulah yang akan menjadi sumber kekacauan di suatu forum.

So..berforumlah dengan kalem dan cerdas. J

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun