Limbah domestik menjadi isu yang cukup serius di Indonesia. Menurut data dari Data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menunjukkan bahwa per tahun 2023 Indonesia menghasilkan sekitar 17,4 juta ton sampah per tahun. Kendati sebagian besar sampah tersebut sudah tertangani/terkelola, masih ada 33.53% sampah yang tidak terkelola.
Sayangnya, limbah domestik ini tidak hanya datang dari sampah hasil konsumsi (kemasan, makanan sisa dll), namun juga dari sanitasi. Merujuk pada Laporan Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 2020, lebih dari 50% rumah tangga membuang air limbah ke selokan atau sungai. Pembuangan limbah ini meliputi air limbah dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga, dan kotoran manusia. DKI Jakarta menjadi provinsi dengan persentase tertinggi pembuangan limbah rumah tangga ke selokan atau sungai, mencapai 79,72%.
Jika dibiarkan begitu saja dan tanpa pengelolaan yang baik, limbah domestik juga dapat menyebabkan pencemaran lingkungan --- berpotensi membawa dampak negatif yang luas. Salah satu dampak yang paling banyak dijumpai adalah menjadi penghambat utama kelestarian lingkungan.
"Masalah penanganan limbah domestik merupakan penghambat utama pelestarian alam di negara ini, dengan pemerintah daerah memiliki perhatian yang minim terhadap kebersihan di daerah masing-masing. Ini mengakibatkan eksekusi kebijakan dan alokasi anggaran yang tidak optimal untuk menangani pencemaran," ujar Deputi IV Bidang Koordinasi SDM, IPTEK, dan Budaya Maritim Kemenko Maritim Safri Burhanuddin seperti dikutip dari National Geographic.
Masalah berikutnya adalah terkait dengan pencemaran air tawar. Menurut UNICEF, hampir 70% dari 20.000 sumber air minum rumah tangga yang diuji di Indonesia tercemar oleh limbah tinja, menyebabkan penyebaran penyakit diare yang merupakan penyebab utama kematian balita. Selain itu, dalam perspektif ekosistem, pencemaran limbah domestik berdampak pada pesisir dan sungai, dengan permukiman dan industri kecil yang tidak mematuhi regulasi menjadi sumber utama pencemaran.
Tantangan Pengelolaan Limbah Domestik
Ada sejumlah faktor mendasar yang membuat limbah domestik kurang terurus dengan baik di tingkat rumah tangga. Berikut poin utamanya:
- Kesadaran masyarakat yang rendah tentang pentingnya pengelolaan limbah, berimplikasi para partisipasi yang terbatas dalam praktik pengelolaan limbah berkelanjutan di rumah masing-masing.
- Infrastruktur yang tidak memadai untuk pengumpulan, pemrosesan, dan pembuangan limbah domestik secara efektif. Lihat saja, seberapa banyak rumah tangga yang menyediakan tempat sampah berbeda untuk memilah sampah organik dan nonorganik. Ini juga terkait keterbatasan masyarakat dalam mengalokasikan pembiayaan untuk pengelolaan sampah.
- Regulasi yang dinilai masih lembah dalam pengaturan tata-kelola limbah lingkungan. Hal ini sering kali dikaitkan dengan kurangnya kapasitas untuk menegakkan hukum dan mengawasi pelaksanaannya.
Faktanya untuk dapat meminimalkan dampak limbah domestik, setiap rumah tangga memang dituntut untuk melakukan upaya tambahan (tak kadang biaya lebih banyak). Dengan dampak yang kadang tidak dirasakan secara langsung, kadang masyarakat merasa bahwa hal tersebut tidak menjadi urgensi. Lantas dengan kondisi demikian, adakah cara agar mengelola limbah domestik bisa berjalan efisien tanpa memberatkan?
Platform Digital untuk Menjaga Lingkungan dari Limbah Domestik
Layanan digital yang ada saat ini, khususnya yang dikembangkan oleh ekosistem startup lokal, sudah sangat beragam. Solusi yang ditawarkan juga sangat membantu masyarakat dalam mengelola berbagai hal, tak terkecuali dalam pengelolaan limbah domestik. Berdasarkan pengalaman dan pemahaman penulis, saat ini ada sejumlah platform digital yang bisa dimanfaatkan oleh rumah tangga untuk mengelola atau mengurangi limbah harian. Berikut ini pembagian layanan digital tersebut berdasarkan kategori layanannya.
Platform Waste Management
Platform waste management adalah layanan digital yang dirancang untuk mengoptimalkan proses pengelolaan limbah dari hulu ke hilir. Cara kerjanya dengan memanfaatkan teknologi informasi untuk memfasilitasi pengumpulan, pemilahan, pengangkutan, pengolahan, dan pemantauan limbah. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya operasional, dan mendukung praktik pengelolaan limbah yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Untuk menggunakan layanan waste management, secara umum berikut langkah yang bisa diikuti:
- Pilih layanan waste management yang memiliki cakupan angkut sesuai tempat tinggal. Lalu unduh aplikasinya di Playstore atau Appstore. Sebagian platform hanya menyediakan layanan melalui situs web.
- Buat akun dan lengkapi profil sesuai dengan formulir yang disediakan. Umumnya layanan waste management memberikan layanan untuk individu atau organisasi, sesuaikan dengan kebutuhan.
- Setiap pemain waste management memiliki spesifikasi tertentu, misalnya terkait pemilahan sampah dan sebagainya. Bahkan ada penyedia layanan yang sampai memberikan rekomendasi (menjual) tempat atau kantong sampah untuk pemisahan. Pelajari hal ini baik-baik sesuai dengan petunjuk di aplikasi.
- Setelah sampah menumpuk di rumah, buka aplikasi dan pilih opsi pengambilan. Biasanya pemberi layanan sudah bekerja sama dengan mitra di wilayah terdekat untuk melakukan pengambilan. Beberapa pemain lain juga menyediakan titik setor sampah jika konsumen ingin mengantarkannya secara langsung.
- Beberapa tipe sampah memiliki nilai jual. Biasanya setelah sampah diambil dan dipilah, pengguna akan mendapatkan poin sesuai ketentuan yang nantinya bisa ditukar dengan hadiah tertentu.