Mohon tunggu...
Randi Eka
Randi Eka Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Musiman

Menulis dimulai dari hobi belaka.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Indonesia, Mungkin “Lagi Dapet”

16 Agustus 2011   09:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:44 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak ada yang tidak tahu kalau –sebenarnya- Indonesia adalah negara yang kaya, bahkan sangat kaya. Karena apa? Yang dimiliki tidak hanya berjuta sumber daya alam. Berbagai keanekaragaman juga telah diwariskan oleh pandahulu bangsa Indonesia ini. Indonesia tidak sah jika sepenuhnya dikatakan sebagai ‘negara yang bodoh’. Kurang lebih 350 tahun negara ini pernah diobrak abrik penjajah, tapi dengan semangat nasionalisme, patriotisme, bangsa ini berhasil pulih kembali. Tahun 1945 proklamasi dikumandangkan sebagai tanda telah merdeka negara ini. Berjuang melawan kemiskinan, memulihkan keadaan, memberdayakan semua dari ke-vacum-an, membangun dari kehancuran pasca merdeka adalah hal yang tidak mudah. Merenovasi semua dari nol.

Saat itu, masyakrat terpelajar (berpendidikan tinggi) masih dapat dihitung dengan jari, tak sebanding dengan saat ini. Tapi ironisnya dalam berbagai keterbatasan yang ada, masyarakat saat itu mampu membangun bangsa ini hingga menjadi bangsa yang benar-benar indah, bangsa yang kita nikmati saat ini. Betapa hebatnya pahlawan-pahlawan bangsa yang berhasil membangun bangsa ini sedemikian rupa. Semangat, keikhlasan dan keberanian yang mendasari jiwa mereka.

Lain halnya dengan situasi saat ini, saat dimana masyarakat terpelajar lebih melimpah, fasilitas memadai, keadaan memungkinkan, tak ada penjajahan, tak ada peperangan, tapi keadaan bangsa ini justru tak seharmonis saat itu. Maksud dari tidak seharmonis ialah semangat membangun bangsa ini cenderung menurun derastis. Logikanya dengan semakin handal masyarakat yang ada dalam suatu negara, menjadi semakin besar pula upaya dan partisipasi masyarakat dalam membangun negara ini.

Sebenarnya Indonesia sangat mampu melakukan berbagai perkembangan di berbagai bidang, karena telah ditunjang dengan sumber daya manusia yang terampil dan handal. Hanya saja kendala terjadi pada keegoisan setiap individu yang ada. Mereka ingin selalu mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari apa yang ia bisa tanpa memikirkan dampak-dampak yang mungkin terjadi dari kelakuannya tersebut. Dapat dicontohkan KORUPTOR, kebanyakan dari mereka adalah orang-orang berpendidikan, orang-orang pandai dengan jabatan tinggi di pemerintahan. Mereka sebenarnya memiliki kemampuan dan kepandaian untuk bisa merubah negara ini menuju arah yang lebih baik. Tapi karena keegosiannya menjadikan mereka tidak bisa berfikir positif dalam menggunakan kesempatan yang ada.

Negara ini terlalu sensi. Masyarakatnya banyak yang sensi. Masalah kecil selalu diperbesar. Masalah besar sering direkayasa dan dianggap seakan-akan bukan apa-apa. Dari hal yang kecil sampai hal yang besar selalau diiringi dengan kesensian. Perhatikan kejadian sehari-hari di sekeliling anda. Disana akan banyak sekali kesensian yang terjadi. Dapat dicontohkan pada suatu khasus. Misalnya pada suatu diskusi untuk membahas suatu permasalahan. Disana ada beberapa orang yang mengeluarkan opsi berbeda-beda.

“Menurut saya, ini harus begini, ini harus begitu……..dst”, papar si A.

“Usulan anda baik, tapi alangkah baiknya kalau ini dijadikan begini, ini dijadikan begitu…..dst”, sanggah si B.

“Oke..oke…tapi…bla bla bla”, si A menanggapi dengan sedikit emosi karena merasa pendapatnya tidak dihargai.

Dari sekelumit cuplikan khasus itu kita dapat bekesimpulan, masyarakat kita ini masih terlalau sensi dalam menanggapi berbagai perbedaan dan masalah yang ada. Sebenarnya kalau kita bisa mengurangi rasa sensi itu dan mau berkontribusi postif dalam menanggapi berbagai perbedaan yang ada, saya yakin kalau kita sangat mungkin bisa bersatu dan mewujudkan suatu solusi demi terpecahkannya suatu masalah. Pemerintahan pun juga harus demikian, harus selalu berfikir positif menanggapi berbagai kritikan-kritikan yang masuk, karena walau bagaimanapun kinerja mereka yang menilai juga rakyat, karena didedikasi untuk rakyat. Dan pemerintahan juga jangan pernah memperkeruh keadaan, dengan membesar-besarkan suatu masalah yang kategorinya kecil dan sebenarnya tidak begitu urgent untuk dipermasalahkan, karena hanya akan membuang-buang waktu dan mengorbankan sesuatu yang lebih penting.

Kita ambil sisi positif dari mantan presiden Amerika Serikat,Bush. Bush adalah presiden yang sangat kebal. Berkali-kali dan sangat sering dia dibantai oleh media setempat. Tapi apa yang dialakukan. Dia tidak terlalu menanggapi hal itu dengan kepala dingin karena ia tahu apa yang harus dilakukannya. Dia tahu kalau dia melakukan perlawanan dalam bentuk pengelakan atau pencekaman akan menjadikan media itu semakin besar atau membuatnya semakin kecil. Intinya selalu berfikir positif dalam menanggapi masalah sepele yang melilit, agar tidak membesar dan memicu perpecahan.

Saat ini Indonesia masih terbilang sensi, tapi tidak apa-apa, kita mampu kok untuk memperbaikinya. Mungkin ini siklus, dimana negara kita lagi “dapet” (kalau orang lagi dapet kan cenderung lebih sensi). Mungkin negara kita lagi dapet. Semoga kedepannya lebih baik lagi dan tidak sensis. Indonesia Maju.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun