Di tengah arus globalisasi yang semakin deras, kita dihadapkan pada tantangan yang besar supaya bisa menjaga agar budaya dan identitas local tetap hidup dan relevan. Semakin banyak kota dan desa di seluruh dunia yang terlihat dan terasa sama, tergerus oleh produk, dan gaya hidup global yang seragam. Di sisi lain, muncul juga tren dan semakin banyaknya orang yang ingin tampil beda supaya bisa mencari pengalaman baru yang autentik dan khas. Di sinilah sense of place dalam ekonomi kreatif memiliki peran penting. Sense of place ini memiliki rasa keterikatan terhadap suatu tempat atau wilayah yang muncul sebagai salah satu kunci dalam mengembangkan ekonomi kreatif yang berkelanjutan dan unik. Di Indonesia, budaya lokal seperti Tari Kecak di Bali adalah contoh bagaimana sense of place dapat memberikan identitas unik yang tidak hanya menarik wisatawan, tetapi juga bisa meningkatan daya saing di pasar global.
Sense of place adalah konsep yang merujuk pada perasaan kedekatan atau keterikatan emosional terhadap suatu tempat. Dalam konteks ekonomi kreatif, sense of place dapat diwujudkan melalui karya seni, produk, atau pengalaman pada karakteristik lokal, seperti budaya, sejarah, atau keindahan alam suatu tempat. Hal ini dapat menciptakan identitas lokal yang kuat dan sulit ditiru oleh pihak lain. Di era globalisasi, ketika banyak produk dan destinasi terasa homogen, keunikan lokal memberikan daya tarik dan nilai tambah yang semakin dicari oleh Masyarakat, khususnya wisatawan.
Identitas lokal yang kuat menawarkan keaslian dan keunikan, dua hal ini yang semakin langka di era globalisasi. Para wisatawan atau konsumen saat ini mencari pengalaman yang berbeda dan otentik, sesuatu yang tidak bisa mereka dapatkan di tempat lain. Pengalaman yang berbasis pada sense of place mampu memenuhi kebutuhan ini dengan menawarkan daya tarik yang khas. Namun, identitas lokal bukan hanya sekedar tentang tampilan atau estetika, tetapi bagian dari dari nilai-nilai dan cara hidup masyarakat. Ketika ekonomi kreatif mengambil inspirasi dari identitas lokal, ini bukan hanya menarik bagi pengunjung, tetapi juga menciptakan rasa bangga bagi komunitas setempat. Identitas lokal memberikan daya saing yang sulit dihadirkan oleh pihak luar, karena ia berakar pada budaya dan nilai yang spesifik dari tempat tersebut.
Tari Kecak, yang berasal dari Bali, adalah salah satu contoh bagaimana sense of place memberikan kekuatan pada ekonomi kreatif dan pariwisata lokal. Tarian ini tidak hanya indah secara visual tetapi juga kaya dengan cerita, spiritualitas, dan ritual yang khas dari budaya Bali. Tari Kecak lahir dari kepercayaan dan cerita tradisional Bali, terutama kisah Ramayana, dan melibatkan banyak penari yang duduk melingkar, dengan irama vokal khas "cak-cak-cak" yang mereka ciptakan sendiri tanpa alat musik. Tarian ini menjadi salah satu atraksi utama yang menarik wisatawan dari seluruh dunia ke Bali.
Di Tengah industri pariwisata global yang kompetitif, Tari Kecak ini muncul dan menonjol sebagai daya tarik yang otentik dan khas karena tidak ada duanya. Pengalaman melihat Tari Kecak langsung di Pura Uluwatu, dengan latar belakang matahari terbenam di tebing laut Bali, ini adalah sesuatu yang tidak bisa diaplikasikan di tempat lain, jika memang bisa akan tetapi tidak memiliki nilai-nilai yang sama seperti Tari Kecak. Ini adalah wujud nyata sense of place sebuah pengalaman yang hanya bisa didapatkan di Bali, dan yang benar-benar mencerminkan esensi dari tempat tersebut.
Pertunjukan Tari Kecak memberikan dampak ekonomi langsung bagi masyarakat lokal Bali. Para penari, pelatih, dan pemandu wisata semuanya mendapat manfaat ekonomi dari pentas ini. Selain itu, keberadaan Tari Kecak sebagai atraksi utama membantu menghidupkan industri pariwisata yang lebih luas, termasuk penginapan, restoran, dan toko-toko suvenir di sekitar lokasi pertunjukan. Dengan demikian, Tari Kecak tidak hanya memperkaya budaya Bali tetapi juga memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi komunitas setempat. Lebih jauh lagi, Tari Kecak membangkitkan rasa bangga terhadap budaya Bali di antara generasi muda. Dengan melihat bagaimana tarian ini dihargai oleh wisatawan, generasi muda Bali lebih terdorong untuk mempertahankan dan mempelajari budaya mereka. Ini adalah bentuk pelestarian budaya yang sangat penting di era globalisasi, di mana budaya lokal sering kali tergeser oleh pengaruh budaya asing.
Namun, mempertahankan otentisitas Tari Kecak dan seni tradisional lainnya di tengah tuntutan komersialisasi bukanlah hal yang mudah. Ada tantangan dalam menjaga nilai-nilai budaya asli sembari tetap menarik minat wisatawan. Beberapa pertunjukan Tari Kecak mungkin mengalami modifikasi untuk memenuhi kebutuhan industri pariwisata, seperti durasi yang dipersingkat atau penyesuaian lainnya agar lebih mudah dipahami oleh wisatawan internasional. Di sinilah pentingnya peran masyarakat dan pemerintah. Dukungan dalam bentuk regulasi, pengelolaan, dan pendanaan sangat dibutuhkan untuk memastikan bahwa kebudayaan lokal seperti Tari Kecak tetap terlestarikan dengan otentik. Pemerintah juga bisa mendorong wisata edukatif yang tidak hanya menampilkan seni tersebut, tetapi juga memberikan wawasan kepada wisatawan tentang nilai-nilai spiritual dan filosofi yang mendasarinya.
Kasus Tari Kecak di Bali menunjukkan betapa sense of place bukan sekadar strategi pemasaran, tetapi sebuah pendekatan yang dapat menghidupkan identitas lokal dan memberi kekuatan ekonomi yang berkelanjutan bagi masyarakat. Dengan memanfaatkan dan merayakan budaya lokal seperti Tari Kecak, ekonomi kreatif di Indonesia memiliki daya saing yang unik dan tidak dapat ditiru oleh pihak lain. Di tengah arus globalisasi yang homogen, sense of place memberi warna dan keunikan yang semakin dicari oleh banyak orang. Di masa depan, penting bagi ekonomi kreatif untuk terus berakar pada identitas lokal. Pengalaman berbasis sense of place memberikan nilai lebih kepada konsumen, bukan hanya sebagai hiburan tetapi juga sebagai pengalaman mendalam yang menghubungkan mereka dengan tempat, sejarah, dan budaya. Dengan melindungi dan merayakan sense of place ini, kita tidak hanya memperkaya ekonomi kreatif tetapi juga menjaga warisan budaya untuk generasi mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H