Mohon tunggu...
Randi R. Prayoga
Randi R. Prayoga Mohon Tunggu... -

Berusaha jadi orang yang makin tinggi KUALITASNYA

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Dilematis Publik dalam Menjunjung Nilai-nilai Kemanusiaan di Atas Nilai Toleransi

17 Juni 2016   13:30 Diperbarui: 17 Juni 2016   13:40 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Menurut sudut pandang ku apa yang dilakukan Satpol PP itu sudah benar dan sesuai apa yang diperintahkan yaitu membantu mengamankan peraturan dalam ketertiban umum di masyarakat selama umat muslim menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan yang 1 (satu) bulan lamanya. saya menyadari meskipun caranya sering berbenturan di masyarakat luas apalagi dalam setiap pelaksanaan tugas di lapangan sering dinilai melakukan aksi kekerasan dan tindak arogansi dalam menjalankan tugasnya, tapi yang jadi permasalahan dan timbul rasa heran.

Jika di telaah lebih jauh mengenai kejadian yang menimpa seorang ibu pemilik warteg tersebut, justru kok malah banyak dihujani aksi dukungan yang menarik perhatian para netizen di sosial media bahkan gak tanggung-tanggung mereka melakukan aksi penggalangan dana simpatisan seolah-olah apa yang dilakukan si ibu tersebut benar dan tidak ada unsur ketidaksalahan yang pada dasarnya kita ketahui dari video aksi sweeping razia Satpol PP bahwa yang bersangkutan ketahuan sedang melakukan aksi berjualan makanan di siang hari dengan sengaja di bulan Suci Ramadhan otomatis dia tidak menghormati dan saya yakin juga apa yang dipikirkan oleh yang bersangkutan juga tidak semata-mata atas dasar toleransi ingin menghargai orang yang tidak menjalankan ibadah puasa pastinya melainkan sisi komersil yang bersangkutan bisa diperoleh atau dapatkan dan terbukti akhirnya yang bersangkutan mendadak jadi orang kaya dan terkenal karena bantuan tangan-tangan malaikat para Netizen yang sudah menjual sisi kesedihan atau tangisan serta filosofi kehidupan yang bersangkutan yang dikemas se-dramatisir mungkin sehingga menjadi bahan opini publik yang jadi buah bibir di sosial media. 

Mungkin kalian bertanya dimana sence of simpati dan empati ku? saya jawab saya orang yang memiliki rasa simpati dan empati tinggi terhadap siapa pun dan saya kasihan dan respect juga sama si ibu tersebut tapi tidak dengan memanfaatkan situasi apalagi dibuat settingan...
Pertanyaan selanjutnya apakah orang-orang yang berpuasa mengganggu hidup orang-orang yang tidak berpuasa? Apakan orang-orang berpuasa ini berpotensi merusak sehingga harus ada fatwa, tulisan, himbauan, Undang-Undang atau pertanyaan yang aneh-aneh, padahal pada hakikatnya menjalankan ibadah puasa itu bukan dalam usaha membunuh manusia tapi mendidik prilaku umat manusia dan umat muslim setiap tahun sering menjalankan ibadah puasa sesuai tradisinya dan jelas sekali posisinya bahkan menghormati dan menghargai tradisi agama lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun