Mohon tunggu...
Randhy Hariyadi
Randhy Hariyadi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Aku memang hanya bisa bisa dan menulis. Tapi itu lebih baik daripada aku diam dan ikut larut dalam kesesatan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ramadan, antara Untung dan Rugi

4 Juli 2014   02:46 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:35 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Saya disini mau berbicara tentang arti ramadan sebagai bulan yang penuh berkah dan penuh kesucian tapi ternyata disalahartikan oleh beberapa orang yang malah mencari keuntungan hingga merugikan banyak orang.

Ramadanhargastabil, ya mungkin itu dambaan kita sedari dulu, dambaan para pedagang, dambaan para rakyat dan para ibu-ibu rumah tangga. Tapi apa daya karena kesempatan yang begitu besar itu pula oleh sebagian orang dijadikan lahan basah untuk mengeruk keuntungan. Padahal jauh-jauh hari para produsen ataupun distributor barang/bahan pokok sudah mempersiapkan diri. Mereka sudah menyiapkan stok agar barang tidak kosong ketika ramadan, logikanya jika barang tersedia harga tidak perlu naik kan? Tapi ini.

Banyak diantara mereka berdalih kekurangan stok, atau bahkan keterlambatan pengiriman yang kemudian berdampak pada naiknya harga, mungkinkah? Bisa jadi, bisa jadi mereka menjadikan itu lahan untuk meraih keuntungan yang berlipat. Ramadan itu bisnis yang sangat bahkan teramat menguntungkan bagi para tengkulak dibidang ekonomi. Saya memang bukan orang yang ahli dibidang ekonomi, saya bukan ekonom, tapi saya berhak berkhayal tidak ada kenaikan harga terutama untuk bahan pokok di ramadan kali ini.

Ramadanhargastabil hahaha, tertawa sajalah melihat tingkah laku para tengkulak itu. Rakyat hanya bisa ngomong atau bahkan hanya bisa memperbincangkannya dipos ronda, atau diteras rumah tanpa bisa berbuat apa-apa untuk melakukan perubahan.

Mungkin itu tugas pemerintah untuk mengendalikan harga, mungkin juga tugas Bank Indonesia untuk menstabilkan harga, atau bisa juga tugas aparat hukum untuk mengusut siapa dalang dibalik lonjakan harga yang begitu tinggi ini. Lonjakan harga yang terasa mencekik leher rakyat jelata.

Di bulan ramadan mungkin banyak orang akan mengkalkulasikan untung maupun rugi penjualannya tapi tidak serta merta karena hal itu malah menambah derita rakyat juga kan? Jangankan untuk membeli baju lebaran, untuk menu berbuka/sahur saja rakyat bingung harus makan apa melihat harga bahan pokok yang melonjak drastis.

Berdoa sajalah, ramadan kali ini kita akan disuguhi oleh pemandangan yang suci, oleh suara-suara yang ikhlas dalam berbelanja, orang-orang tidak mengumpat karena harga serba naik. Berdoa juga untuk ramadanhargastabil, tidak usah kita pikirkan untung maupun rugi. Percayakan saja pada Tuhan, apa yang kita kerjakan dibalas berkali lipat, jangan karena kalkulasi untung rugi kita malah menyusahkan orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun