Mohon tunggu...
Randhy Hariyadi
Randhy Hariyadi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Aku memang hanya bisa bisa dan menulis. Tapi itu lebih baik daripada aku diam dan ikut larut dalam kesesatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kabut, Kabut Dan Kabut Asap

30 September 2014   02:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:00 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarau, ya kita berjumpa lagi dengan musim kemarau. Disini saya bukan mau berbicara tentang kekeringan dan tandusnya alam akibat musim kemarau. Tapi saya mau sedikit berkeluh kesah tentang pembakaran lahan atau hutan yang selalu saja terjadi saat musim kemarau.

Sumatera dan Kalimantan sekarang bisa dibilang berduka, ya berduka karena terselimuti kabut asap. Mungkin ini hal sepele untuk mereka yang ada di Senayan sana yang sedang asyik membahas UU Pilkada, mungkin ini juga bukan hal penting untuk para penghuni Istana yang sedang galau karena terjebak drama Pilkada, serta mungkin juga bukan hal penting untuk pemimpin selanjutnya yang sedang gusar atas warisan dari pemerintahan terdahulu.

Tapi ini sangat penting untuk kami, untuk pribumi Borneo juga Sumatera sana, penting untuk penduduk lokal serta masyarakat adat yang lahan pencaharian hidup dan lahan bercocok tanam mereka sudah tiada. Penting untuk mereka yang hidup dari rimbunnya hutan tropis, tempat menyejukkan diri dari panasnya problema duniawi, penting untuk mereka yang terganggu beraktifitas gara-gara kabut asap ini.

Apakah mereka juga peduli? Entahlah, mungkin mereka cuma memperdulikan citra politiknya, tanpa memperdulikan rakyat yang sudah memilih mereka.

Apakah bagi mereka permasalahan ini penting? Entahlah, mungkin ini tidak terlalu penting ketimbang isi perut mereka.

Tapi saya pribadi merasa permasalahan kabut asap ini hanya tontonan bagi mereka, hanya berita kecil oleh media, padahal berjuta nyawa hidupnya tersandera oleh bencana ini.

Saya tidak dapat membayangkan jika hal ini terus berlanjut, dalam 10 atau 20 tahun kedepan akan jadi seperti apa hutan di Sumatera dan Kalimantan, mungkin hutan hujan tropis ini hanya akan jadi kenangan, rimbunnya paru-paru dunia ini mungkin hanya akan jadi cerita masa lalu yang begitu indah untuk dibayangkan.

Saya juga cukup bingung terhadap aparat penegak hukum, mengapa yang ditangkap hanya orang-orang biasa, mereka memang salah sudah membakar lahan. Tapi apakah aparat berani mengungkap dalang besar dibalik pembakaran hutan ini, entahlah!

Ini sudah jadi rahasia umum, jika dibalik pembakaran hutan ini ada perusahaan besar yang mendalanginya, agar mereka bisa menancapkan usaha ditanah hutan ini. Tapi apakah hal ini pernah diusut? Saya rasa tidak!

Mengapa hal ini terjadi? Saya tidak tahu, saya tidak bisa menjawabnya karena ini bukan bidang saya.

Dan juga kalau Pak Jokowi berkenan untuk blusukan, cobalah pak blusukan kehutan yang sedang terbakar ini. Blusukan untuk merasakan perihnya mata melawan asap ini, dan blusukan untuk merasakan sesaknya nafas menghirup asap ini. Indonesia kan bukan hanya tentang pasar, ekonomi masyarakat bukan hanya berpusat dipasar, justru ekonomi berpusat dihutan. Dimana hasil alam, dan segala hal; untuk  kita makan berawal dari hutan. Cobalah pak, coba blusukan kesini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun