Mohon tunggu...
Ranny Daniel
Ranny Daniel Mohon Tunggu... Wiraswasta - Antusias terhadap dunia bisnis, politik, science, teknologi dan keluarga.

Rawit Digital

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Abal-abal ? Entahlah..

8 Oktober 2015   17:59 Diperbarui: 8 Oktober 2015   17:59 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entahlah.... Melihat berita tentang kampus abal abal yang sedang ramai akhir2 ini buat saya bertanya2.Ya kalau sudah salah harusnya dibenerin, bukannya malah mencari cara untuk membuat hal yang sudah salah seolah benar dimata orang lain. Namun bagi saya memang semua sudah salah. Kampusnya salah, mahasiswanya salah, pemerintah juga salah.Kampus sejak awal berdiri saya yakin pasti tau aturan perundang undangan yang harus dipatuhi. Kalau bertahun2 tidak diperbaiki untuk memenuhi kriteria sebuah kampus, berarti kampus itu yang sengaja melawan uu. Saya tidak mengerti tujuannya tidak mengikuti uu, apakah agar terhindar dari pajak, atau agar bisa sesukanya mengatur biaya kuliah menjadi tinggi, atau memang tidak mau keluar modal besar untuk memperbaiki kampusnya. Bagian pemasaran kampus pun seringkali hanya mengejar target dengan hanya menjual janji, bahkan ada yg berbohong, pokoknya menghalalkan berbagai cara agar banyak yang mendaftar jadi mahasiswa di kampusnya.Ada juga kampus yang menerapkan biaya murah namun tidak sejalan dengan kualitas yang baik. Yah, itulah istilahnya ada harga ada kualitas. Yah seperti inilah kalau pendidikan dicampur dengan bisnis. Itu dari sisi kampusnya.. Entahlah.. Dari sisi mahasiwa, menurut saya juga salah. Banyak yang menjadi mahasiswa hanya untuk cari ijasahnya saja, karena memang biasanya dipakai untuk jenjang karir di perusahaan atau pns. Bahkan ada yg sampai beli ijasah.Ada juga yang tidak di cek dulu kampusnya apakah sudah terakreditasi atau belum, yang penting bisa kuliah sudah cukup. Pada akhirnya ribuan mahasiswa jadi tidak jelas nasibnya sekarang setelah kemenristekdikti menonaktifkan sampai lebih dari 200 kampus seluruh indonesia. Ini dari sisi mahasiswanya. Entahlah.. Pemerintah juga harus disalahkan. Fungsi kontrol dan pengawasan tidak berjalan dengan baik. Banyaknya oknum dinas yang bermain di bawah pun luput dari pandangan. Undang undang yang disusun tidak diterapkan dengan baik. Biaya kuliah yang tinggi untuk masuk universitas negeri pun tidak dikontrol oleh pemerintah. Akhirnya banyak mahasiswa yang masuk kampus "abal-abal" karena jauh lebih murah. Toh ilmunya sama bagi mereka. Ini dari sisi pemerintah. Entahlah.. Menonaktifkan sementara ratusan kampus bisa saja menjadi solusi jangka pendek agar kampus2 mau membenahi diri agar bisa beroperasi kembali. Tapi untuk apa ? Apakah bisa jadi solusi jangka panjang? Toh yang menjadi korban terbesar tetap mahasiswa. Sudah bayar, sudah ikuti prosesnya, ujung2nya tidak keluar ijasahnya.Lagi2 masyarakat yang selalu menerima akibatnya. Pemerintah dan pengusaha hanya bisa saling menyalahkan dan terus mengorbankan para penerus bangsa (mahasiswa) yang hanya bisa melongo dan tidak kuasa melawan penguasa.Entahlah.. Meskipun saya berasal dari Batam, namun saya adalah alumni sebuah universitas swasta di jogja yang memang saya akui benar2 memperhatikan mahasiswanya. Pembenahan dan pengembangan kampus terus dilakukan untuk mendukung program belajar di kampus ini. Bahkan sekarang termasuk 10 kampus terbaik di jogja dari berbagai versi. Kerjasama dengan pemerintah juga sangat baik, akreditasi berbagai program studinya sudah B sampai A. Tapi itu adalah almamater saya dulu yang memang peduli terhadap dunia pendidikan. Pesan saya bagi calon mahasiswa, cek dan ricek kampus yang ingin anda daftar, jangan korbankan masa mudamu untuk belajar hanya karena biaya yang murah, janji "suci" dari marketing kampus, atau karena paksaan dari orang tua.Jika belum ada biaya kuliah jangan dipaksakan. Kerja dulu, nabung, baru kuliah. Kasihan nanti orang tua yang punya harapan tinggi terhadap anda namun akhirnya pupus ditengah jalan. Kampus yang benar pasti terakreditasi. Cek di internet cara melihat kampus yang terakreditasi dan yang belum. Bagi orang tua yang anaknya mau kuliah, pastikan apa yang benar2 diinginkan anak Anda. Setelah itu cari kampus yang benar. Jika didaerah tidak ada yang "benar", kirimlah anak anda ke jawa, bisa di jakarta, bandung, jogja, surabaya atau kota lain yang memang kampusnya sudah benar. Bukan berarti di daerah tidak ada yang benar, namun menurut saya kampus yang sudah lama berdiri dan terakreditasi adalah kampus yang telah teruji. Ingat! Masa depan anak Anda tergantung pilihan Anda di hari ini. Ke depannya juga kementrian harus benar benar jeli untuk mengeluarkan ijin pendirian kampus. Jangan biarkan oknum2 bermain dibelakang karena akan mengorbankan pemuda indonesia yang ingin meniti ilmu demi masa depan lebih baik. Tulisan saya ini hanya opini pribadi tanpa maksud menyinggung siapa2.. Anda tidak harus setuju dengan tulisan ini, yang penting saling menghargai saja opini orang lain. Tapi,, entahlah... Salam, Ranny DanielTalaksoruWarga Masyarakat Indonesia 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun