Terakhir ketiga, intellectual stimulation. Gaya kepemimpinan kaya akan ide-ide baru dan terobosan. Tak sekedar hadir disetiap serimonial, tetapi hadir dalam setiap percakapan dan persoalan yang dihadapi rakyatnya sendiri. Mengatasi kebuntuan yang terjadi. Pada intinya pemimpin tidak membangun benteng pemisah antara rakyat yang dirinya. Itulah pemimpin yang dikatakan dari, oleh dan untuk rakyat.
Sekarang saatnya, kita untuk melakukan refleksi, sudahkah kita menjalankan prinsip-prinsip berkehidupan berdemokrasi. Apakah pemerintah telah menjalankan dan memadainya? Dan apakah pemimpin-pemimpin yang hadir sekarang telah menerapkan gaya pemimpin yang transformasioanal yang inspiratif dan autentik dari, oleh dan untuk rakyat indonesia?. Jawabannya kembali pada kita, dan tentu negara sebagai penguasa wajib menjalankan prinsip-prinsip demokrasi. Tak terasa gelaran pesta demokrasi sudah dekat yakni pilkada 2018, dan setahun kemudian pemilu 2019. Semoga pesta demokrasi ini membangun kerja sama dan kebersamaan dalam kehidupan sehingga melahirkan pemimpin yang dari, oleh, dan untuk rakyat. Bukankah, ini yang kita harapkan bersama.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI