Mohon tunggu...
Dharma Julia
Dharma Julia Mohon Tunggu... -

aku mampu mengubah duniaku dengan Khayal dan Mimpiku .. dan MEREKA tidak berHAK menghakimi dan mengungkungku dengan ATURANnya !!

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Merangkai Mimpi di Perahu kertas

9 Desember 2012   10:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:57 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dewi Lestari, sebuah nama yang mencuat bak roket dalam dunia sastra indonesia. Ia meramaikan lalu lintas sastra dengan berbagai karya-karyanya yang fenomenal. Bagai seekor burung yang baru dilepas dari sangkarnya, Dee, begitu sapaan akrabnya mampu memberikan warna baru dalam pelangi kepenulisan. Satu diantara karyanya yang berhasil menarik jutaan perhatian para pembacaadalah Perahu Kertas-nya Dee. Novel yang dekat dengan cerita cintaini telah mampu membolak-balikkan emosi para pembaca dengan sukses. Melalui Kugy dan Keenan-nya, Dee bereksperimen dan menyelam dalam dunia remaja, dengan cinta, persahabatan, pengkhianatan dan ketulusan. Nyaris tak bisa ditebak, alur yang digunakan begitu sempurna menjadikan emosi pembaca meledak-ledak. Salah satu yang menarik perhatian dalam Perahu Kertas­-nya Dee ini adalah impian. Dee menggambarkan arti sebuah impian melalui tokoh Kugy dan Keenan, sebuah impian yang sempat mereka banggakan, impian yang seakan telah menjadi alat pacu jantung dalam diri mereka masing-masing, namun kemudian harus mereka kubur dalam ketika pengkhianatan itu telah berhasil dengan sangat sukses menjatuhkan impiannya.

Perjalanan menggapai impian tidak semudah yang dibayangkan oleh si Kecil Kugy, ia harus melewati banyak hal, ia harus mengorbankan seluruh hatinya untuk satu impian yang bahkan sering mendapat tertawaan dari sekelilingnya. Kugy bahkan tak mengenal kata putus asa dalam hidupnya, namun setelah mengenal Keenan, perlahan waktu mengajaknya untuk lebih mengenal kehidupan ini secara utuh. Ternyata berhasil, Kugy mengenal dengan sangat dekat semuanya, persahabatan yang telah ditawarkan oleh waktu mengantarnya mengenal sosok Noni, Eko, dan terakhir Keenan. Dari persahabatan itu juga Kugy mengenal kekecewaan, pengabaian dan kesepian. Tidak sedikit harga yang harus dibayar Kugy untuk akhirnya ia bisa mendapatkan apa yang diinginkannya. Cinta dan Impian adalah dua hal yang menjadi alat pacu jantung bagi Kugy dalam menjalani kehidupannya. Ditengah kesemrawutan jalan pikirannya, Kugy akhirnya memutuskan untuk cepat menamatkan pendidikannya di Universitas dan melanjutkan bekerja sebagai jalan bantu menuju impiannya, menjadi penulis dongeng.

Tidak mudah dan bahkan berliku. Hal yang sama juga dirasakan oleh Keenan. Menjadi seorang pelukis kenamaan bukanlah impian dan cita-cita yang sempurna dimata ayahnya. “karna otakmu terlalu pintar untuk Cumajadi pelukis” demikian ungkap Ayah Keenan setiap kali ia bertanya “kenapa dengan impiannya, ada apa dengan menjadi pelukis??”. Beruntung si Kecil Kugy tidak pernah mendapatkan pertentangan yang secara tegas dari keluarganya terhadap impiannya menjadi seorang penulis dongeng, tapi bagi Keenan, keluarga seakan telah menjadi musuh dalam kehidupannya sendiri dalam mencapai impianya. Meskipun demikian, pengkhianatan justru datang dari seseorang yang teramat ia percaya. Seseorang yang datang menawarkan cinta dan impian sekaligus terhadapnya, dan terlalu bodoh jika Keenan menolak kedatangannya karena melalui orang itulah, Keenan perlahan bisa meraih apa yang diinginkannya. Keenan seakan menemukan kembali semangatnya dalam melukis setelah ribuan kali dipatahkan oleh Ayahnya. Keenan seakan menemukan kembali jalan hidupnya, inilah dia yang sebenarnya, Melukis adalah impiannya sedari dulu. Namun kemudian, hal yang semula dianggap mudah dan berjalan lancar malah berubah menjadi sangar. Waktu berhasil mengubah semua impian Keenan menjadi puing-puing kecil, berserakan. Ia dikhianati oleh Wanda, Gadis blasteran yang memiliki Galeri terbesar di Jakarta yang datang dengan menjanjikan cinta dan impian untuk Keenan. Keenan harus merasakan pahitnya kegetiran dan kepedihan, ketika dengan nyata, sang Ayah juga telah membiarkannya pergi. Ia dibuang secara tegas.

Tidak sampai disitu, Kugy dan Keenan kembali dipertemukan setelah keduanya sama-sama memutuskan untuk menyerah terhadap impiannya. Melalui Sakola Alit, Kugy dan Keenan akhirnya bercerita panjang lebar. Meskipun demikian, tidak ada titik akhir dari pembicaraan itu. Hasilnya tetap sama, Keenan bersikukuh mengubur impiannya. Ia memustuskan kembali ke Ubud, Bali, tinggal bersama Pak wayan, keluarga seniman yang menjadi kenalan ibunya sekaligus menjadi keluarga kedua baginya karna hanya dalam keluarga inilah Keenan bisa menemukan kembali impiannya menjadi seorang Pelukis. Sedangkan Kugy, ia harus meelewati lagi rintangan-rintangan baru yang seakan menjauhkannya dari impiannya.

Sedikit demi sedikit, rangkaian impian Kugy dan Keenan digambarkan Dee dalam bentuk potongan-potongan cerita yang sarat dengan alur yang berhasil mengaduk-aduk emosi pembaca. Sebuah novel yang seakan memberikan akhir kisah tentang kekecewaan, namun ketika mendekati ending, impian itu malah berjalan dengan senyum tegarnya mencapai titik akhir kekuatan itu. Sempurna. Karakter tokoh yang saling menginspirasi dan membangun, perjuangan yang harus dibayar mahal untuk setiap asa dan keinginan, dan ternyata tidak mudah dalam mewujudkan semuanya meski telah diatur skenarionya dengan sangat mantap.

Keenan yang introver, halus dan tidak menyukai keramaian dan lebih senang menyendiri merupakan kebalikan dari Kugy yang menyukai keramaian, riang, unik dan berpenampilan apa adanya.Namun keduanya dipertemukan dalam sebuah kisah unik mencapai impian. Berada di satu Universitas yang sama, waktu kerap mempertemukan mereka dalam situas-situasi yang unik. Saling mengagumi keahlian, impian dan karakter masing-masing, menjadikan si kecil Kugy, demikian sapaan akrab yang diberikan Keenan terhadapnya, mengagumi sosok Keenan yang pendiam, halus dan introver itu. terlebih ketika Keenan membuatkan ilustrasi terhadap Dongeng yang ditulisnya, dan hanya Keenan juga satu-satunya orang yang berpenilaian positif terhadap impiannya. Hebat, demikian ungkap Keenan ketika membaca karya-karya Kugy.

Sebuah impian yang seharusnya menjadi tujuan dalam hidup, ternyata tidak selamanya mampu diterima oleh semua orang, dan bahkan orang terdekat sekalipun. Tidak sekali atau dua kali, Kugy dan Keenan berniat mengubur impian itu, dan waktu kembali mempertemukan mereka dan tentu saja dalam waktu dan keadaan yang sudah jauh berubah dari terakhir pertemuan mereka itu. miris dan penuh kegetiran. Asas praduga selalu menjadi teman disaat kegundahan dan kekhawatiran datang menyelimuti hati kedua manusia itu yang ternyata saling mencintai, namun harus memakai topeng ketika saling berhadapan, Takut dan Takut adalah alasan utama kenapa hingga detik itu, keduanya masih sama-sama mengubur dalam-dalam segala cinta dan impian mereka.

Dukungan dari orang-orang terdekat adalah faktor utama dalam mendukung pencapaian impian. Teramat sakit jika ternyata penolakan itu datang dari keluarga sendiri, dari lingkungan sekitar yang bahkan telah menjadi kepercayaan bahwa ia mampu membantu dan mewujudkan impian. Tentu tidak mudah membangkitkan kembali asa yang telah mati, mengobarkan kembali semangat yang sempat patah karna kekecewaan dan pengkhianatan. Apalagi ditambah dengan tidak adanya support dari orang-orang terdekat. Kehancuran sama dekatnya dengan keberhasilan. Setiap jalan menuju kesuksesan haruslah dibayar mahal sebeumnya dengan kehancuran da kekecewaan, dengan demikian, rasa sakit itu bisa kemudian menjadi cambuk yang semangat yang meletup-letup keesokkan harinya agar tiada pernah lagi terjatuh dalam lubang kehancuran yang sama.

Dee berhasil menggambarkan betapa impian itu memang sejatinya harus diperjuangkan, bukan ditunggu atau dinanti. Impian bukanlah sebentuk barang yang bisa dibeli, bukan juga sebentuk benda yang bisa disimpan, impian itu bagai harta yang terkubur dalam, ia mesti dicari, digali, diperjuangkan dengan segala daya. Impian harus didapatkan dengan membayar mahal untuk setiap label yang tertera pada impian itu, terkadang dengan materi, waktu, kesempatan, dan segala hal yang bisa menjadikannya nyata dan berada dalam genggaman tangan. Itulah yang ingin disampaikan oleh Dee. Pesan nyata yang ia suratkan jelas disetiap baris kalimatnya.

Perahu Kertas, sebuah Novel inspiratif yang menggambarkan cinta dan impian adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Melalui cinta, segala jalan menuju impian akan terlihat menjadi mudah sekalipun batu besar dan jalan terjal menjadi halangannya. Cinta dan impian bukan lagi menjadi paket yang satu ketika kepercayaan mendapatkan pengkhianatan, cinta dan impian bukan lagi menjadi kekuatan ketika kekecewan datang menyelimuti. Hanya dengan menjadi kesatuan, impian itu bisa terlihat menjadi mudah bagi Tokoh Kugy dan Keenan.

Perahu kertas bergoyang sendirian.. Demikian yang diungkapkan Dee dalam kalimat terakhirnya di Perahu Kertas. Cinta dan impian itu melaju dengan tenang dalam perjalanannya yang sudah jelas mengalir pasti, bukan dikali, bukan disungai bukan didanau, tapi kelaut. Mengalir jauh membawanya sesuai dengan gerakan ombak. Memutar, maju, mundur dan bahkan statis dalam kediaman yang beriak. Itulah gambaran mengenai impian Kugy dan Keenan. Impian yang telah ia pasrahkan kemudian membawanya kembali kepada kekuatan yang seutuhnya ketika dipertemukan lagi cinta, tanpa perlu lagi memakai topeng untuk menutupi rasanya. Tidak ada lagi ketakutan dalam mengatakannya, dan tidak ada lagi kepasrahan dalam mencapai impian. Semuanya telah bergerak senada dengan alur waktu dan riak ombak di laut.

.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun