Berbicara tentang AC Milan, tentu bagi mereka para penikmat sepakbola yang terlahir sejak tahun 90’an hanya mengenal AC Milan dengan era manajemen Berlusconi. Setelah mengalami musim yang buruk diawal tahun 1980’an yang menyebabkan AC Milan degradasi ke Serie-B, seorang enterpreneur Italia, Silvio Berlusconi datang bagaikan seorang pahlawan pada tahun 1986 dengan melakukan revolusi besar-besaran. Pelatih sekelas Arrigo Sacchi di datangkan ke Kota Milan disertai dengan trio Belanda, Marco Van Basten, Frank Rijkaard, dan Ruud Gullit. Disusul dengan kedatangan Roberto Donadoni, Carlo Ancelotti, dan Giovanni Galli, lahirlah sebuah babak baru era kejayaan AC Milan.
Tidak perlu menunggu waktu yang lama untuk melihat hasil revolusi ala Berlusconi ini. Hanya dalam waktu satu tahun, trophy Serie-A berhasil kembali ke genggaman AC Milan, dan di tahun berikutnya, AC Milan berhasil memenangkan gelar Liga Champions untuk ketiga kalinya.
Setelah era Arigo Sacchi, era keemasan AC Milan masih tetap lanjut dibawah sang pelatih Fabio Capello. Bahkan di masa Don Fabio ini, AC Milan mendapat julukan sebagai The Dream Team dengan rekor 58 pertandingan tanpa satu pun kekalahan.
Era Don Fabio berakhir, estafet AC Milan di bawah Berlusconi masih berlanjut dengan berbagai macam pelatih yang pernah singgah di kota ini. Mulai dari Oscar Tabarez, Alberto Zaccheroni, Cesare Maldini, Fatih Terim, Carlo Ancelotti, Leonardo, Massimiliano Allegri, Clarence Seedorf, hingga yang terakhir yaitu Filippo Inzaghi.
Dari sejumlah nama tenar diatas yang pernah mengisi kursi pelatih AC Milan, mereka memiliki satu kesamaan, yaitu sama – sama berada di bawah kepemimpinan sang pemilik klub, Silvio Berlusconi, yang juga pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Italia.
Beberapa pekan terakhir, revolusi kembali terjadi di tubuh AC Milan. Sang pemilik klub, Opa Berlusconi akhirnya resmi melepas 48 persen saham Milan kepada Mr. Bee, pebisnis asal Thailand. Walaupun begitu, Opa Berlusconi tetap memegang saham klub terbesar sebayak 52 persen. Namun setidaknya ini merupakan suatu langkah yang sangat ditunggu – tunggu oleh para penggemar AC Milan, melihat dalam 5 tahun terakhir ini AC Milan seakan tidak mampu untuk berbicara banyak di bursa transfer maupun kompetisi domestik mengingat krisis keuangan yang menjerat tim merah-hitam ini.
Pucuk dicinta, ulam pun tiba ! Revolusi perpindahan 48 persen saham ke pebisnis Thailand itu mulai menghadirkan angin – angin keoptimisan bagi para Milanisti.
Sang Entrenador dari kota Sampdoria, Sinisa Mihajlovic, didatangkan ke kota Milan untuk menggantikan posisi Filippo Inzaghi yang sebelumnya dinilai gagal setelah hanya bisa membawa AC Milan menempati posisi ke 10 di Serie-A.
AC Milan pada bursa transfer – trasnfer sebelumnya yang lebih dikenal sebagai tim yang doyan mendatangkan pemain “gratisan”, kini tampak berbeda. Manajemen AC Milan kini tak segan untuk menggelontorkan banyak uang demi mendatangkan pemain – pemain baru yang memiliki kualitas, seperti halnya yang terjadi di era 90’an dan awal 2000’an.
Tentu apa yang dilakukan oleh manajemen AC Milan pasca adanya revolusi kepemilikan menjadi sebuah perubahan signifikan yang dirasakan oleh para Milanisti.
Jika dulu ketika Opa Berlusconi datang pertama kalinya sebagai pemilik klub di tahun 1986 merupakan suatu awal dari cerita emas yang pernah menghiasi sejarah di Italia dan di Eropa, maka kini setelah AC Milan sempat terpuruk dalam beberapa tahun terkahir, dan Revolusi kepemilikan jilid 2 era Berlusconi & Mr. Bee dimulai, maka sudah sepatutnya lah para Milanisti kembali muncul di permukaan untuk menyambut datangnya sebuah era baru Milan 2.0 yang siap untuk kembali memperlihatkan bahwa klub ini merupakan salah satu klub terbaik di Italia dan Eropa !