Era saat ini mengalami ledakan komunikasi luar biasa, revolusi industri komunikasi telah mendominasi dalam sektor kehidupan masyarakat. Begitu banyak media penunjang komunikasi, radio tak pernah kehabisan penggemar dari berbagai kalangan masyarakat. Tidak seperti beberapa puluh tahun lalu radio mencapai puncak keemasaanya. Akan tetapi di masa kini pun peran radio masih sangat dibutuhkan, menjadi pemecah keheningan saat berkendara dalam mobil, juga menjadi penghilang suntuk saat belajar maupun bekerja.
Sejak pasca tahun 1998 proses reformasi terus bergulir, keterbukaan informasi untuk publik mengalami perkembangan pesat. Semua media elektronik maupun cetak mempublikasikan beragam informasi yang diperlukan oleh masyarakat. Seiringin perjalanan waktu, media pun mengikuti kemajuan teknologi. Dari media elektronik seperti radio, televisi, maupun media cetak jumlahnya kian bertambah seolah berlomba-lomba siapa yang mendapat penggemar paling banyak dari berbagai kalangan masyarakat.
Bahkan kini, media sosial berbasis internet lebih mengambil peran menyampaikan informasi kepada masyarakat, kendati demikian radio tetap akan selalu dicari oleh penggemarnya.
Ketika mengetahui bahwa Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berupaya melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk meningkatkan budaya siaga bencana melalui radio, tentu saja akan mendapatkan respon positif oleh masyarakat, khususnya para penggemar radio sejak dulu.
Begitu banyak pertimbangan yang dapat menjadikan pengajuan untuk melakukan edukasi melalui radio.
Mudah ditemukan, siapa kira bahwa sebenarnya radio selalu ada disekitar kita tanpa disadari? Ya! Umumnya ketika berkendara dengan mobil, pasti suara penyiar radio menjadi salah satu pemecah bongkahan es yang menyelimuti keheningan di dalam mobil. Apalagi jika penyiar radio tersebut memutar lagu kesukaan dan sangat cocok dengan situasi hati pendengar, tak hanya lagu namun berbagai informasi yang sangat dibutuhkan seperti kemacetan, tutup-buka jalan, aksi demo dan aktifitas lalulintas lainnya. Tidak hanya radio di mobil saja, namun radio pada masa kini sudah mengalami banyak modifikasi. Radio berbasis aplikasi bagi smartphone adalah salah satunya.
Jadi, ketika BNPB melakukan sosialisasi untuk meningkatkan budaya siaga bencana melalui radio, wahh.. Tentu sangat bermanfaat! Yang perlu diperhatikan adalah penyampaian clip siaran sosialisasi tersebut agar dikemas dengan menarik. Memperhatikan durasi siaran, karena ketika durasinya terlalu lama tentunya akan membuat bosan, and then para pendengar akan mengganti saluran radionya. Durasi yang tepat sekitar satu sampai dua menit per clip dengan gaya penyiar yang easy listening akan memudahkan pendengar untuk memahami sosialisasi dari BNPB tersebut.
Ketenaran sandiwara radio, siapa angkatan 90an yang tak kenal acara “Serial Saur Sepuh”? Hmm.. Di masa lalu sandiwara radio begitu membumi dengan “Serial Saur Sepuh” yang menjadi andalannya. Ketika masa itu, memang sarana hiburan masih terbatas dan radio menjadi pilihan yang begitu tepat. Nah, karena itulah sandiwara radio begitu melekat pada hati dan pikiran masyarakat sampai saat ini.
So, that’s the opportunity bagi BNPB mencoba sosialisasi siaga bencana lewat sebuah sandiwara radio. Salah satu cara menarik penggemar adalah dengan menetapkan sasaran pendengar yang tepat, setelahnya barulah menyusun sandiwara yang pas dengan sasaran pendengar yang dituju.
Bagaimana?
Menentukan waktu penyiaran yang tepat. Jika penyiaran saat pagi hari, sasaran yang dituju cukup terbatas seperti kaum ibu yang memutar radio sambil membereskan rumah. Sementara ketika penyiaran di malam hari, sasaran pendengarnya akan lebih luas dari berbagai kaum. But, that’s not a limit, BNPB bisa saja melakukan penyiaran dengan waktu yang berbeda. Boleh pada pagi hari maupun malam hari.