Lagu menjadi salah satu wadah unutuk menyuarakan atau menyampaikan pesan sebagai bentuk ekspresi seseorang. Sebuah lagu tidak hanya berisi pengalaman saja, tetapi dapat berisi harapan, keinginan, kebahagiaan, bahkan kemarahan. Pesan yang terdapat dalam sebuah lagu akan tersampaikan melalui ceritanya. Melalui lagu “The Man” yang ditulis dan dinyanyikan oleh Taylor Alison Swift, ia menyuarakan isu gender lebih tepatnya bagaimana lingkungan masyarakat memandang laki-laki dan perempuan. Taylor Alison Swift yang kerap dikenal sebagai Taylor Swift merupakan seorang penyanyi-penulis lagu berkebangsaan Amerika Serikat yang lahir pada 13 Desember 1989. Penulisan lagu naratifnya yang sering berpusat di sekitar kehidupan pribadinya, telah menerima pujian kritis dan liputan media yang luas. Di sisi lain, penulisan lagu Taylor Swift juga menyuarakan isu-isu sosial.
Melalui album Lover (2019), Taylor Swift mengungkapkan pandangan politisnya terkait isu gender. Salah satu lagu Taylor Swift yang mengungkapkan tentang isu gender adalah lagu “The Man”. Dalam lagu ini, Taylor Swift menciptakan sebuah narasi di mana ia membayangkan bagaimana perlakuan dan pandangan terhadapnya akan berbeda jika ia adalah seorang pria. Taylor Swift mengeksplorasi ketidaksetaraan gender dan mengungkapkan perasaannya tentang bagaimana wanita seringkali dihakimi atau diberikan standar yang lebih ketat dalam masyarakat. Lagu “The Man” secara implisit menyuarakan isu-isu kesetaraan gender dalam industri musik dan masyarakat pada umumnya. Lagu ini utamanya mengeksplorasi pengalaman Taylor Swift tentang bagaimana dia diperlakukan berbeda sebagai perempuan di industri musik dibandingkan dengan bagaimana seorang laki-laki mungkin diperlakukan. Lagu ini bertujuan untuk menyoroti bagaimana perilaku dan pencapaian yang sama dapat dipandang secara berbeda tergantung pada jenis kelamin orang tersebut.
Taylor Swift menyampaikan bahwa banyak hal yang dianggap "ambisius" atau "tegas" jika dilakukan oleh laki-laki bisa dilihat sebagai "agresif" atau "sombong" ketika dilakukan oleh perempuan. Misalnya, dalam lagu, ia bertanya bagaimana kehidupannya akan berbeda jika ia adalah seorang laki-laki, di mana setiap keputusan atau langkah besarnya tidak akan dikritik sekeras jika ia adalah seorang perempuan. Liriknya menggambarkan bagaimana laki-laki sering dianggap sebagai pemimpin alami dan diakui untuk kepercayaan diri mereka, sementara perempuan harus berjuang lebih keras untuk mendapatkan pengakuan serupa. Hal ini ditunjukkan pada baris lirik,
I’d be a fearless leader, I'd be an alpha type
When everyone believes ya, what's that like?
I’m so sick of running as fast as I can
Wonderin' if I'd get there quicker if I was a man
Lagu ini menjadi seruan pemberdayaan bagi perempuan, mengajak mereka untuk menyadari ketidaksetaraan dan berbicara menentang stereotip dan diskriminasi gender. Taylor Swift juga mengajak pendengar untuk mempertanyakan bagaimana bias gender mempengaruhi cara orang diperlakukan di berbagai situasi. "The Man" menjadi simbol perlawanan terhadap seksisme yang sistematis, terutama dalam ruang publik dan profesional. Lagu ini mendapatkan banyak perhatian karena menyuarakan frustrasi yang dirasakan banyak perempuan di tempat kerja, di bidang kreatif, dan dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini berhubungan dengan teori feminis dan konsep kritik sastra feminis, Teori feminis adalah alat kaum wanita untuk memperjuangkan hak-haknya yang berkaitan dengan konflik kelas dan ras, khususnya konflik gender. Feminisme bukan merupakan pemberontakan wanita terhadap laki-laki, namun upaya melawan pranata sosial, seperti rumah tangga dan perkawinan untuk mengingkari kodratnya, melainkan lebih sebagai upaya untuk mengakhiri penindasan dan eksploitasi perempuan (Fakih, 2012:5). Dalam kajian sastra, konsep kritik sastra feminis, yaitu studi sastra yang mengarahkan fokus analisis kepada wanita. Kritik sastra feminis bukan berarti pengeritik wanita, atau kritik tentang wanita, atau kritik tentang pengarang wanita. Arti sederhana yang dikandung adalah pengeritik memandang sastra dengan kesadaran khusus, kesadaran bahwa ada jenis kelamin yang banyak berhubungan dengan budaya, sastra, dan kehidupan.
Referensi
Rokhmansyah, Alfian. (2016). Pengantar Gender dan Feminisme: Pemahaman Awal Kritik Sastra Feminisme.
Gora, Radita. (2015). Representasi Feminisme Dalam Karya Sastra (Kajian Semiotika Sosial Novel “Eks Parasit Lajang” Karya Ayu Utami).
https://genius.com/Taylor-swift-the-man-lyrics https://www.kompasiana.com/furyayunindya/55208c66a33311da4646cfc0/lagu-sebagai-media-penyampai-pesan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H