“Hal terburuk yang bisa beruang lakukan, adalah membunuh saya.”
Ini adalah salah satu cuitan dalam konten TikTok oleh pengguna dengan nama cece (@dontceceme) | TikTok yang telah mendapat 2,2 juta suka dan ditonton lebih dari 10 juta kali. Konten tersebut menampilkan komentar-komentar tentang tren media sosial "A Man or a Bear," yang umumnya menggambarkan insiden tidak menyenangkan terkait kekerasan dan pelecehan seksual yang dialami pengguna media sosial TikTok sebagai alasan dibalik mengapa mereka lebih memilih bertemu seekor beruang dibandingkan seorang pria.
Di era digital saat ini, tren media sosial sering mencerminkan ide dan kekhawatiran masyarakat. Salah satu tren terkenal adalah "A Man or a Bear." Dalam tren ini, mayoritasnya adalah wanita, atau bahkan para ayah, diminta untuk membayangkan putri mereka dalam situasi di mana mereka harus memilih antara bertemu seorang pria tak dikenal atau seekor beruang di hutan antah berantah. Menariknya, mayoritas wanita dan ayah memilih beruang. Dalam sudut pandang antropologi, saya melihat tren ini tidak hanya sebagai fenomena lintas lalu, tetapi juga sebagai refleksi dari kecurigaan mendalam dan proses sosial yang kompleks.
Mari kita bahas mengapa mayoritas responden memilih beruang. Beruang adalah hewan liar dengan perilaku yang dapat diprediksi: mereka menyerang jika merasa terancam atau lapar. Hewan berperilaku sesuai dengan insting dan kebutuhan dasar mereka. Ancaman dari beruang dapat diprediksi dan diantisipasi dengan cara tertentu, seperti membuat suara keras atau mundur perlahan untuk menghindari mengejutkan mereka. Pilihan ini mencerminkan pandangan bahwa bahaya dari alam lebih mudah diprediksi dan dihadapi daripada ancaman dari sesama manusia.
Sebaliknya, pilihan untuk bertemu pria tak dikenal menunjukkan adanya ketidakpercayaan mendalam terhadap sesama manusia. Dalam antropologi, hubungan manusia dipengaruhi oleh norma sosial, kepercayaan, dan sejarah panjang interaksi sosial. Fakta bahwa banyak wanita dan ayah lebih memilih beruang menunjukkan bahwa pria dianggap sebagai ancaman potensial, bukan hanya karena kekuatan fisik tetapi juga karena perilaku yang tidak dapat diprediksi. Kekhawatiran ini didasarkan pada pengalaman dan narasi sosial yang mengaitkan pria dengan kekerasan dan agresi, terutama kesadaran para ayah dari perspektif mereka sebagai pria.
Pilihan ini juga mencerminkan isu-isu gender yang lebih luas. Wanita sering kali menjadi korban kekerasan dan pelecehan, baik di rumah maupun di tempat umum. Laporan media, statistik kriminal, dan pengalaman pribadi semuanya berkontribusi pada persepsi bahwa pria tak dikenal lebih berbahaya daripada hewan liar. Dalam konteks ini, tren "A Man or a Bear" mengungkapkan ketidaksetaraan gender dan ketakutan yang dihadapi wanita setiap hari.
Tren ini mengajak kita untuk merenungkan apa arti 'keamanan' dan bagaimana budaya mempengaruhi cara kita melihat risiko. Budaya populer sering kali memperkuat stereotip dan ketakutan tertentu, seperti gagasan bahwa pria tak dikenal selalu berpotensi menjadi predator. Hal ini diperkuat oleh representasi media dan cerita tentang kekerasan pria terhadap wanita.
Namun, tren ini juga menyoroti kekuatan dan ketahanan wanita. Memilih beruang daripada pria tak dikenal dapat dilihat sebagai upaya untuk mengendalikan situasi berisiko tinggi. Ini mencerminkan pemahaman bahwa meskipun wanita mungkin merasa lebih aman menghadapi ancaman yang dapat diprediksi (seperti beruang), mereka juga memiliki kesadaran dan strategi untuk bertahan hidup dalam situasi sulit.
Tren ini membuka pintu untuk diskusi yang lebih mendalam tentang agresivitas, peran gender, dan cara kita memandang individu lain. Ketika memikirkan tren ini, penting untuk menilai faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan dan pilihan individu. Budaya, pengalaman pribadi, dan narasi sosial semuanya memainkan peran dalam membentuk pandangan kita tentang keselamatan dan ancaman. Dalam kasus "A Man or a Bear," pilihan untuk menghadapi beruang daripada pria tak dikenal bisa dilihat sebagai cerminan dari pengalaman kolektif wanita yang sering merasa takut di sekitar pria yang tidak dikenal.
Dengan memahami konteks yang lebih luas dari tren ini, kita dapat lebih baik mendukung perubahan sosial yang berkelanjutan. Ini adalah panggilan bagi kita semua untuk berkontribusi dalam menciptakan dunia yang lebih adil dan aman, di mana setiap individu merasa dihargai dan dilindungi, terlepas dari gender atau latar belakang mereka.