Mohon tunggu...
Rana Baskara H.
Rana Baskara H. Mohon Tunggu... -

Seorang yang memilih sarana ibadah sebagai pendidik di PTN, pemerhati, peneliti, praktisi, dan konsultan di bidang Pendidikan (HRD), Teknologi Telekomunikasi, Informasi, dan Penerbangan, sebagai ladang amal untuk menggapai ridhoNya.\r\nAsal USA (Urang Sunda Asli) dan sekarang tinggal di Bandung Utara nan sejuk, Kota Bandung, Jawa Barat.\r\nSelain menulis dibidang utama, juga senang menulis apa saja menyangkut hidup, kehidupan, dan penghidupan manusia yang sekiranya bermanfaat untuk dibagi dengan yang lain.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Soft Skill

30 April 2012   12:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:55 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13357883581198775265

Alkisah ada seorang Guru yang sudah lama mengajar di suatu Kerajaan yang tugas utamanya adalah mengajar Anak-anak Raja dari generasi ke generasi. Saat sesi pelajaran Berhitung (Arithmatika) selesai, Guru bertanya pada Anak Raja yang paling kecil.

Guru: "Den, dua kali dua berapa?"

Anak Raja: "Tiga Guru.."

Guru: “Betul Raden, tapi kurang satu, jadi berapa Den?"

Anak Raja: "Empat, Guru.."

Guru: "Pintar..."

Kisah ini nampaknya biasa saja, namun kalau kita simak lebih mendalam, saat Anak Raja menjawab salah, Sang Guru tidak menyalahkan, tapi terlebih dahulu membetulkan, kemudian baru memberikan koreksi, sehingga akhirnya jawaban yang diharapkan muncul tanpa menimbulkan esensi dan semangat belajar pada anak Raja.

Andaikan Guru itu tidak punya Soft-skill dan berkata seadanya, misalnya mengatakan: “Salah Den, bukan tiga tapi empat”. Mungkin dampaknya akan lain. Kemungkinan yang paling fatal adalah Anak Raja patah arang dan mogok belajar atau Gurunya dipecat oleh Raja dan digantikan oleh yang lain karena dianggap tidak becus dan tidak etis.

Inilah yang disebut soft-skill, yaitu kemapuan seseorang dalam menyampaikan sesuatu agar misi utama tercapai dengan baik tanpa menimbulkan efek samping yang merugikan para pihak yang terlibat di dalamnya. Soft-skill memegang peranan penting dalam pergaulan dan berkarir yang secara signifikan berpengaruh pada kesuksesan seseorang.

Dalam pergaulan sehari-hari kini, nampaknya hal itu sudah sirna. Anak sekarang terlalu lugas dan tegas dalam mengemukakan pendapat, tanpa tedeng aling-aling. Tengok saja dalam berbagai acara baik di tv maupun di kehidupan sehari-hari. Pentas apa yang sedang ditampilkan? Sungguh mengkhawatirkan. Dengan kata-kata yang kasar mereka saling menghujat, menghabisi, bahkan ‘membunuh’ karakter lawannya.

Menyaksikan hal tersebut nampaknya seperti di tv Barat, padahal kita ada di Timur. Bahkan terkadang lebih sadis dari apa yang kita saksikan di Barat. Pertanyaannya, apakah kita masih memegang ke Timuran? Budaya itulah yang sudah terkikis habis dari khazanah kehidupan di tanah air. Mengapa?

Karena ada kecenderungan kita meniru apa yang berasal dari Barat, apapun. Akibatnya pola pikir dan perilaku yang demikian merasuk ke dalam pola pikir dan tindakan, dengan mengabaikan konteks bahwa kita adalah bangsa yang dibesarkan oleh nilai-nilai tradisi ke Timuran.

Dalam hal inilah pendidikan karakter diharapkan mampu mengeliminasi perilaku yang tidak relevan dan signifikan dalam tatanan masyarakat kita dewasa ini.

Selamat berkontemplasi, berrefleksi, dan melakukan koreksi.

Semoga bermanfaat.

Salam..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun