Nabi Muhammad SAW adalah teladan utama dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam seni berbicara atau retorika. Metode dakwah yang diadopsi oleh Rasulullah SAW telah menginspirasi umat Islam selama berabad-abad, tidak hanya karena isi pesan yang dibawanya, tetapi juga cara dia menyampaikannya.
Retorika adalah seni berbicara yang melibatkan penggunaan kata-kata dan strategi komunikasi untuk membujuk, mempengaruhi, dan menggerakkan hati pendengar. Seorang pembicara atau da'I yang hebat pasti memiliki ethos, logos, dan pathos yang kuat dalam menyampaikan pesan-pesan agama Islam kepada audiens.
Ethos, logos, dan pathos adalah tiga elemen retorika yang dikenal sebagai "Tiga Pilar Retorika" yang pertama kali dicetuskan oleh Aristoteles dalam karyanya yang berjudul "Rhetorica".
Ethos adalah kredibilitas seorang pembicara. Logos menyangkut logika dan argumen dalam isi pesan yang disampaikan. Terakhir, pathos adalah elemen yang menyangkut emosi atau perasaan.
Lantas, apa pelajaran retorika dari dakwah Rasulullah SAW jika dilihat dari 3 elemen yang dicetuskan oleh Aristoteles itu?
Metode dakwah Rasulullah SAW merupakan bukti nyata dari keindahan retorika. Kepribadian beliau, cara beliau menggunakan kata-kata, dan pemilihan argumen yang tepat mencerminkan keahlian retorika yang luar biasa.
Setiap kata yang diucapkan oleh Rasulullah SAW tidak semata-mata merupakan rangkaian huruf yang memiliki makna, tetapi juga memiliki dimensi ilahi yang mendalam. Ayat-ayat yang diwahyukan kepadanya adalah manifestasi kebijaksanaan Tuhan, dan cara beliau menyampaikan pesan tersebut adalah simfoni yang membawa kedamaian bagi pendengar.
Rasulullah bukanlah sekadar utusan, tetapi juga seorang pembicara hebat yang mampu merangkai kalimat dengan kelembutan cinta ilahi.
Kunci pertama dalam retorika yang efektif adalah ethos atau kredibilitas pembicara. Rasulullah SAW adalah penjaga ethos yang tulus dan tak tergoyahkan. Dalam konteks dakwah, karakter dan perilaku beliau menjadi cerminan dari nilai-nilai yang beliau ajarkan. Dalam surat QS. Al-Qalam ayat 4, Allah SWT. Berfirman yang artinya:
"Dan sungguh, sesungguhnya engkau benar-benar memiliki budi pekerti yang agung".