Mohon tunggu...
Ryas Ramzi
Ryas Ramzi Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Mahasiswa S1 program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Universitas Muhammadiyah Jakarta. Sering menepi di sudut-sudut kota untuk memproduksi ide-ide yang akan dibagikan dalam bentuk tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menggugat Norma Sosial Melalui Filsafat Dakwah

11 Agustus 2023   21:19 Diperbarui: 12 Agustus 2023   00:04 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari norma-norma sosial yang menjadi tiang penopang interaksi di tengah masyarakat. Norma-norma ini membentuk kerangka kerja bagi perilaku, komunikasi, dan interaksi kita dengan sesama. Sejak lahir, kita terpapar oleh norma-norma tersebut, bahkan menjadi pedoman kita dalam mengambil keputusan, menentukan tujuan hidup, serta mengarahkan identitas dan peran kita dalam komunitas yang lebih besar.

Meskipun norma-norma sosial ini memainkan peran penting dalam membentuk identitas kolektif, bagaimana kita dapat memastikan bahwa norma-norma ini adil, inklusif, dan sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan yang lebih luas?

Dalam dinamika masyarakat yang terus berkembang, norma-norma sosial seringkali merefleksikan kenyataan yang lebih kompleks. Seiring perubahan zaman, terkadang norma-norma ini mungkin tidak lagi sejalan dengan prinsip-prinsip keadilan yang telah lama dianut oleh agama-agama dan filsafat manusia. Norma-norma tersebut bisa saja menjadi alat penindasan, memperkuat ketidaksetaraan, dan menjauhkan masyarakat dari esensi kemanusiaan yang inklusif.

Oleh karena itu, muncul suatu pertanyaan yang mendasar; apakah kita boleh menggugat norma-norma sosial ini? Dalam hal ini, di manakah peran filsafat dakwah?

Sebagai suatu konsep yang memiliki banyak dimensi, filsafat dakwah menawarkan pandangan yang sangat unik terhadap bagaimana kita dapat menghadapi norma-norma sosial yang mungkin bermasalah. Filsafat dakwah, pada dasarnya, merangkul pendekatan berpikir kritis terhadap ajaran agama dan bagaimana ajaran ini dapat diterapkan dalam kehidupan manusia sehari-hari.

Filsafat dakwah memandang agama sebagai sumber nilai-nilai kemanusiaan yang universal, memiliki kapasitas untuk memandu kita menuju prinsip-prinsip keadilan, kesetaraan, dan empati.

Filsafat dakwah dapat menjadi katalisator bagi refleksi mendalam terhadap norma-norma sosial yang ada. Dengan memanfaatkan kerangka pemikiran yang ada, filsafat dakwah mengajak kita untuk menelusuri akar nilai-nilai yang menjadi dasar norma-norma ini. Apakah norma-norma ini sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang adil? Apakah mereka membawa dampak positif atau negatif pada masyarakat?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut membuka pintu bagi dialog internal yang penting, mengingat bahwa filsafat dakwah mendorong untuk tidak hanya menerima norma-norma sosial begitu saja, tetapi untuk mendekati mereka dengan pikiran terbuka dan cerdas.

Penerapan filsafat dakwah dalam menggugat norma-norma sosial yang tidak adil melibatkan analisis mendalam tentang nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat dan bagaimana nilai-nilai ini sejalan atau tidak sejalan dengan prinsip-prinsip keadilan agama. Filsafat dakwah tidak sekadar mengajak untuk merubah norma-norma sosial, tetapi juga mengajak untuk mengubah pandangan dan pemahaman masyarakat tentang norma-norma tersebut.

Apakah kita bisa menggugat norma-norma sosial tanpa mengabaikan integritas agama? Tentu bisa.

Filsafat dakwah mendorong kita untuk menemukan kesesuaian antara norma-norma sosial dan prinsip-prinsip agama, dan jika ditemukan ketidaksesuaian, kita harus bertindak untuk memperbaikinya. Hal tersebut tidak hanya mendukung pertumbuhan masyarakat yang lebih adil, tetapi juga memperkuat dan melestarikan nilai-nilai agama yang sesungguhnya.

Pada spektrum yang lebih luas, filsafat dakwah berkontribusi dalam pembentukan narasi keadilan sosial yang melibatkan pandangan kolektif tentang norma-norma sosial yang sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan, serta mengkomunikasikannya secara efektif kepada masyarakat.

Filsafat dakwah mengajak kita untuk berbicara tentang keadilan secara terbuka, mendidik masyarakat tentang pentingnya menghadapi norma-norma yang mungkin bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan.

Perlu kita ingat bahwa para pemimpin agama dan cendekiawan memiliki peran yang penting dalam membentuk narasi ini. Dengan menggabungkan pengetahuan agama, filsafat, dan pemahaman tentang realitas sosial, mereka dapat memimpin perubahan pandangan dan pemahaman masyarakat tentang norma-norma yang perlu diperbaiki. Dalam hal ini, pemikiran dari filsafat dakwah dapat membantu melawan stereotip dan ketidaksetaraan, serta mendorong masyarakat menuju pandangan yang lebih inklusif.

Tentu tindakan di atas tidaklah cukup jika tidak diikuti oleh tindakan konkrit yang mendukung keadilan sosial. Setelah mendapatkan wawasan tentang norma-norma yang perlu diperbaiki, masyarakat perlu bersama-sama bergerak menuju perubahan. Tindakan ini bisa mencakup perubahan perilaku, dukungan terhadap kebijakan inklusif, bahkan pembentukan gerakan sosial yang berfokus pada ketidaksetaraan dan ketidakadilan.

Mari kita ingat bahwa menggugat norma-norma sosial melalui filsafat dakwah bukanlah tindakan yang mudah. Aksi tersebut memerlukan keberanian untuk menghadapi resistensi dan kesediaan untuk menemukan solusi yang inklusif dan berkelanjutan.

Namun, kita jangan berkecil hati. Sejarah telah membuktikan bahwa pemikiran kritis dan tekad untuk mengubah norma-norma yang tidak adil telah membentuk dunia yang lebih baik. Dengan berpegang pada nilai-nilai agama yang mengajarkan keadilan, kesetaraan, dan empati, kita dapat bersama-sama menciptakan masa depan yang lebih adil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun