Mohon tunggu...
Rahmat Mustakim
Rahmat Mustakim Mohon Tunggu... -

Catat yang terdekat, baca yang terlewat.

Selanjutnya

Tutup

Money

ANGKRINGAN MAHASISWA MAS BLANGKON

28 Juni 2014   23:03 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:23 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Rahmat Mustakim*

Di jalan Rawamangun Muka Barat tak jauh dari kampus Universitas Negeri Jakarta terbentang sebuah spanduk besar di depan sebuah toko. Spanduk  itu bertuliskan, “KPK: Komunitas Pemburu Kuliner. Disita oleh Angkringan Mas Blangkon.”

Jumat (16/5) sekitar pukul 16.00 WIB, akhirnya spanduk itu dilepas. Hal itu menandakan berlangsungnya acara launching sebuah tempat makan bernama “Angkringan Mas Blangkon”. Pemiliknya adalah dua orang mahasiswa dari kampus UNJ, yaitu Fajar Faisal Iskandar dan Ichfan Nurreja Putra. Mereka berasal dari Fakultas Ekonomi.

Beberapa mahasiswa turut hadir memeriahkan acara launching tersebut. Warga yang tinggal di sekitar lokasi pun ikut menyaksikan. Orang-orang yang datang begitu sangat antusias. Adi Purwanto salah satu mahasiswa yang hadir menyatakan penasaran dengan angkringan Mas Blangkon.

Sebelum dilaunching pemiliknya membuat kuis berhadiah di media sosial twitter. Dengan syarat, mengirim sebuah foto selfie dengan kertas yang bertuliskan “selamat dan sukses untuk launching Angkringan Mas Blangkon 16 Mei 2014” ke akun @Angkringan_MB. Bagi dua foto yang terunik, akan mendapatkan diskon makan dan hadiah voucher gratis 50 ribu.

Jakarta Rasa Yogyakarta

Angkringan identik dengan kota Yogyakarta. Karena di sanalah penjual Angkringan bisa dengan mudah ditemui. Atas dasar itulah Fajar dan Ichfan kemudian bersepakat untuk menghadirkan suasana Yogyakarta di Angkringannya. Ide kreatif pun mereka gagas dimulai dari gerobak khas Angkringan. Tikar untuk makan sambil lesehan dan memilih nama usaha yang unik dengan sebutan Mas Blangkon.

“Blangkon identik dengan Yogyakarta. Kami ingin menghadirkan nuansa Yogyakarta, di Jakarta” kata Ichfan. Oleh karena itu mereka pun memakai blangkon ketika melayani konsumennya.

Adanya tungku pembakaran menjadi pembeda dari Angkringan pada umumnya. Sebelum disantap, beragam sate-sate yang dijajakan bisa dibakar terlebih dahulu agar terasa hangat. Lalu tembang-tembang khas Jawa selalu diputar. Dengan begitu, mereka berhasil menampilkan ingatan kepada kota Yogyakarta. Menariknya lagi, Angkringan Mas Blankon menyediakan wifi. Mahasiswa yang datang pun jadi betah nongkrong berlama-lama.

Harga yang dipatok sangat bersahabat dengan kantung mahasiswa. Dimulai dari Rp2.000,00 s/d Rp12.000,00. Tergantung dari jenis makanan dan minuman yang dipilih.

Nuraini mahasiswa pendidikan ekonomi yang hadir tampak begitu senang. Ia mengaku puas setelah berkunjung ke Angkringan Mas Blangkon untuk pertama kali.

“Tempatnya bersih, sambalnya mantap, pokoknya nyesel buat yang belum ke sini,” ujarnya sambil menyeruput wedang uwuh yang khas dari menu Angkringan Mas Blangkon.

Wedang uwuh adalah minuman asli khas dari Imogiri, kota Bantul. Fajar mengatakan, nama uwuh merupakan istilah untuk menyebut sampah yang berjenis dedaunan. Jadi, wedang uwuh adalah wedang yang diberi uwuh. Uwuh tersebut berisi daun dari kayu manis, cengkeh, dan pala. Untuk memperlezat minuman ini, ditambahkan bahan-bahan seperti gula batu dan jahe.

Mempertahankan Kuliner Tradisional

Bagi Fajar, kegiatan berwirausaha tak ubahnya dengan mengasah kemampuan agar lebih kreatif. Dari sana, Fajar diajarkan bagaimana memilih promosi, menggaet pelanggan, dan tentu, beragam upaya yang harus dilakukan demi menuai laba. Selain itu, kesabaran dan ketekunan Fajar juga akan terasah.

“Kalau bikin usaha, memang butuh pengorbanan. Jadi cuti dulu untuk semester depan,” ungkap Fajar mahasiswa yang dulu sempat merintis usaha peternakan Lele Sangkuriang di daerah Cibinong.

Fajar juga menambahkan, selain alasan berbisnis, mendirikan tempat usaha angkringan juga punya nilai tersendiri. Fajar berharap angkringan Mas Blangkon menjadi kuliner tradisional yang bisa bertahan di tengah persaingan kuliner Jakarta.

“Lewat Mas Blangkon, kami berharap masyarakat tidak melupakan kuliner asli Indonesia,” kata Fajar sambil memegang kipas satenya.

27 Mei 2014

*mahasiswa jurusan Pendidikan Ekonomi, Universitas Negeri Jakarta. Kepala Divisi Penulisan LKM UNJ. Kontak dan saran bisa dihubungi lewat email: rahmatmustakim@rocketmail.com.

14039498031974510229
14039498031974510229

14039498342092374957
14039498342092374957

1403949899769160768
1403949899769160768

1403949944286926795
1403949944286926795

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun