Beberapa hari lalu , kembali telah gugur seorang perawat dan seorang dokter di Surabaya akibat terpapar virus Corona. Sudah puluhan tenaga kesehatan yang telah meninggal dunia dalam tugas akibat terpapar covid19. Menurut data PPNI selama masa pandemi , sudah ada 20 perawat yang meninggal dunia, sementara untuk OTG ada 116 perawat, ODP 685 perawat, PDP 48 perawat, positif 59 perawat, yang dirawat 68 perawat (PDP dan positif), yang sembuh 12. Sementara itu merujuk data IDI 28 April lalu sudah terkonfirmasi dokter yang meninggal sejumlah 25 dokter belum termasuk dokter Boedi Harsono dan tenaga medis lain yang meninggal bulan Mei ini akibat covid19. Bahkan diperkirakan kalau situasi berlanjut seperti ini terus , kematian tenaga medis bisa mendekati angka 100 dibulan Juli nanti.
Banyak sekali cerita miris dan menyedihkan dari para tenaga medis kita ini, bahkan ibu Sri Puspita Sari perawat yang meninggal di Surabaya itu sedang mengandung janin 4 bulan, betapa sedih perasaan suami dan keluarga beliau yang ditinggal. Ada juga dokter yang membatalkan pernikahannya demi menjalankan tugas kemanusiaan , yang akhirnya gugur meninggalkan keluarga dan calon istri tercinta. Ada sepasang suami istri dokter yang positif covid19 , yang akhirnya sang suami meninggal. Belum lagi banyak dokter dan perawat yang harus rela tidak bertemu anak balitanya serta keluarganya selama berbulan bulan demi pengabdian merawat warga yang sakit akibat covid19.
Tentu hal ini tidak bisa dibiarkan, karena mereka adalah garda terdepan dalam menanggulangi bencana covid19. Mereka juga manusia biasa yang punya rasa cinta pada keluarga, yang punya rasa takut terpapar virus , takut mati. Situasi penanggulangan virus Covid19 ini sama seperti situasi dimedan perang 45, bedanya pada Medan perang kemerdekaan 1945 berperang untuk merebut kemerdekaan , sementara kalau dimedan melawan covid19 adalah para tenaga medis berjuang menyelamatkan manusia Indonesia dari kematian massal. Kesamaannya kedua medan tersebut sama sama beresiko kematian bagi pelakunya.Â
Apakah para pejuang ini punya pilihan ? , Tentu saja mereka semua punya pilihan untuk menyelamatkan diri atau resign agar bisa berkumpul dengan keluarganya dan menghindari kematian. Tetapi oleh para pejuang 45 , para dokter dan perawat yang menjalankan tugas negara , mereka lebih memilih tugas negara dibanding pilihan yang lain.Â
Untuk itu para tenaga medis yang bertugas berbulan bulan sangat layak mendapat medali penghargaan dari negara , dan apabila meninggal dalam tugas mereka layak mendapat gelar pahlawan dan dikebumikan dimakam pahlawan khusus perjuangan kesehatan RI. Dan keluarga yang ditinggalkan mendapat tunjangan veteran.Â
Mungkin ini hal baru tapi penghargaan ini meningkatkan dan menumbuhkan rasa nasionalisme , semangat tidak kenal putus asa dan spirit bagi tenaga medis untuk berjuang melawan covid19, bahwa perjuangan mereka benar benar dihargai oleh masyarakat yang diwakili oleh pemerintah. Penganugerahan gelar pahlawan itu bisa jadi akan memicu simpati dan rasa nasionalisme bangsa Indonesia sehingga memicu rasa empati ikut berjuang dengan taat dan mengikuti protokol yang ditetapkan oleh pemerintah. Dan yang paling penting generasi mendatang akan selalu ingat bahwa ada bagian dari bangsa ini yang rela berjuang untuk masyarakat dan bangsanya, sehingga menjadi motivasi tersendiri bagi mereka untuk meniru semangat dan keberanian para pahlawn ini. Inilah yang akan menjadi satu pilar langgengnya sebuah bangsa. Ada pepatah bangsa besar adalah bangsa yang tidak akan melupakan jasa para pahlawannya.
Pahlawan itu adalah ketika ada pilihan untuk menyelamatkan diri , mereka lebih memilih berjuang menyelamatkan orang lain dengan mengorbankan diri sendiri.  Tidak ada kematian yang lebih indah bagi seorang manusia selain kematian  ketika berjuang menyelamatkan orang orang dan masa depan yang lebih baik. Inilah yang disebut dalam ajaran Islam sebagai kematian syahid, kematian yang seharusnya menjadi cita cita setiap umat muslim. Semoga tulisan ini dapat menjadi motivasi bagi tenaga medis yang sedang berjuang melawan virus Covid19 diIndonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H