Mohon tunggu...
Ramli Ondang Djau
Ramli Ondang Djau Mohon Tunggu... Administrasi - Man In Black

Ayah dari 3 putri, penikmat kopi, sate kambing dan dengkur tinggal di Gorontao

Selanjutnya

Tutup

Film

Siapa Kita? Kita Indonesia

29 Mei 2020   06:32 Diperbarui: 29 Mei 2020   06:42 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

CAHAYA DARI TIMUR : BETA MALUKU. Ini adalah judul filim yang drilis tahun 2014. Semalam saya Nonton Film ini di laptop keramat saya, kebetulan bulan kemarin ada salah satu teman saya memberikan flashdisk yang isinya film-film pilihan.  sebagai penggemar film, saya kurang suka nonton film Indonesia,  yaa.. itu sebelum saya nonton film ini.  awal saya tertarik nonton film ini karena saya fikir ini unik, film yg orientasinya kedaerahan (bukan super hero,hantu2an, balas dendam, atau komedi. yaa pada umumnya film indonesialaah), saya menduga mulanya film ini bercerita tentang konflik keluarga, tentang ketimpangan sosial dan pembangunan kedaerahan, atau tentang film satir untuk yang lupa bersyukur.

Ternyata dugaan saya salah, film ini lebih dari itu. Filim yang menggunakan dialog Ambon menggunakan pendekatan sosial masyaarakat ambon ditengah konflik, belakangan saya ketahui film ini ternyata adalah True Story, kisah nyata dari cerita seorang Sani Taweinella (Aktor utama dalam film ini) yang terpaksa pulang kampung halaman karena gagal menjadi pesepakbola professional. 

Ditengah situasi konflik SARA yang belum sepenuhnya berakhir, sentiment-sentimen SARA masih sering terlihat dimana-dimana, tak heran anak-anak secara psikologis bisa terdampak dari sentiment ini, maka Sani yang saat itu adalah tukang ojek berkeinginan menyelamatkan anak-anak di dua kampung berbeda dari konflik agama melalui Sepak bola. 

Dia membaurkan anak-anak desa Tulehu dan desa Passo dalam satu tim Sepak bola, walaupun diawal terasa sulit membangun kebersamaan tim, sani yang saat itu harus berjuang menghidupi keluarga dihadapkan pada pilihan antara fokus menafkahi keluarga sebagai tukang ojek atau menyelamatkan anak-anak dari sentimen SARA, berhasil membawa Tim ini di kejuaran Nasional dan membuahkan kemenangan.

Film inspiratif dan pemersatu ditengah konflik SARA yang masih merupakan pemandangan rutin di Tulehu dan Passo Maluku yang kemudian disatukan oleh sebuah Tim sepak bola junior memang luar biasa,  mengugah sungguh saat sang Pelatih Sani membangkitkan semangat timnya ditengah perpecahan. 

"Beta Maluku, bukan passo..bukan Tulehu..bukan kristen.. bukan islam.. tapi BETA MALUKU.. klo ada yang tanya OSE SAPA maka jawablah dengan lantang  BETA MALUKUU..!!" itulah kalimat yang sering dia dengungkan untuk membakar semangat tim yang notabenenya terdiri dari anak-anak beda kampung beda agama.

Semangat inilah yg seharusnya mnjadi inspirasi bagi kita berbangsa ditengah isu perpecahan, semangat PERSAUDARAAN, bukan kristen,bukan islam,bukan hindu, bukan budha,bukan wrga keturunan, bukan pribumi.. tapi kita INDONESIA.. INDONESIAA..

Jadi kalau ada yang Tanya siapa kitaa?? Jawablah dengan lantang KITA INDONESIA...

WAJIB NONTON

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun