“Sssstttt!!! Jangan terlalu berharap banyak!” dia selalu mengatakan itu, bisikan halus Sang Pengusa jiwa kini merajalela. Menusuk titik demi titik liur manis kehidupan. Menambatkan perahu cita di ujung pencapaian, menutup mata hati di awal senyum.
Meniti kembali jejak derita dan duka, menatap jauh ke pelupuk jiwa. Sudut mata tertuju kepada suatu ujung panah kefanaan, bergerak cepat menantan Sang Cahaya. Dia sudah semakin dekat, sedekat nanah di tubuh, semakin panas rasanya, sepanas dendam di ujung hati. Jiwa demi jiwa saling tawar-menawar, apakah aku pantas dipertahankan atau tidak?
Namun, tiada guna menanti bulan menjadi matahari, menanti duka menjadi suka, menanti tiada menjadi ada, menanti islam menjadi kristen, menanti kristen menjadi islam, menanti pria menjadi wanita, menanti gelap menjadi terang, menanti dendam menjadi maaf, menanti perbedaan menjadi kekuatan, menanti perang menjadi persaudaraan, menanti kematian menjadi kebangkitan, menanti miskin menjadi layak, menanti perdebatan menjadi pengertian, menanti NASIONAL manjadi INTERNASIONAL, menanti dulu menjadi Esok, menanti.... Semuanya tidak akan BISA, GUNA.. aku siap untuk itu. Hufttt
Ternyata,. Aku bermimpiiiii,, huaaaaaa!!!!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI