Mohon tunggu...
Aziddin Ramli
Aziddin Ramli Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Paling suka dipanggil BANG RAMLI. Berdomisili di kota Jogjakarta sejak SMP (dari masa remaja lulus SMP hingga saat ini). Beristrikan seorang wanita asli Jogjakarta.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ekor Panjang dan Ekor Pendek

26 Januari 2011   02:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:11 893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_87361" align="aligncenter" width="612" caption="Ekpresi foto profile seorang yang kecewa terhadap kondisi real saat ini. Saya lebih menghargai kaum primata dan gerombolannya daripada koruptor. Bagi saya, bahwa Koruptor adalah pemilik drajat yang lebih buruk daripada drajat kaum gerombolan primata. Saya pendukung pelestarian primata sebagai binatang yang dilindungi UU. (foto uploading form - http ://www.google.com)."][/caption]

Hallo mbak Ning !

Salah seorang sahabat saya dari salah satu jejaring sosial pertemanan yang ada di dunia maya ini bertanya kepada saya tentang foto profile milik saya yang bergambar seperti gambar yang ada di atas dan sempat menitip sebuah tulisan yang bernadakan sebuah pertanyaan. Adapun pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:

Sahabat saya bertanya: "saudara hasibuan, kbrnya..... gi pajang foto jng gitu dong cantik sikit, biasanya hasibuan enggak ada yg jolek...wkwkwkwkwkwkkw".(from my friend: Eka Ningsi).

Inilah jawaban saya ketika seorang sahabat bertanya tentang mengapa tampilan foto profil saya di tampilkan atau dipajang seperti itu? Dengan tidak mengurangi rasa hormat terhadap beliau (kepada sahabat saya yang bertanya) jawaban ini adalah murni hanya sebagai jawaban yang mengungkapkan isi hati seseorang (kecil) yang hanya bisa protes lewat tulisan. Protes tehadap kondisi real yang ada di negeri kita saat ini. Yang bukan merupakan sebuah protes terhadap keeksistensian para sahabat yang tercinta:

Jawaban saya adalah sbb:"Gpp-lah mbak Ning. Ini adalah ekspresi kekecewaan saya terhadap situasi di negara kita akhir-akhir ini. Para Koruptor dan Putusan Hakim yang mengecewakan banyak pihak. Termasuk saya wong cilik yang sangat berharap agar keputusan hakim memberikan ganjaran hukuman yang setimpal terhadap si pelaku Korupsi yang nota bene sudah melecehkan institusi hukum dan UU yang ada. Namun hasilnya sama-sama kita ketahui bahwa ganjaran hukum yang diberikan amat sangat-sangat mengecewakan".

Coba saja bandingkan ganjaran hukuman antara seorang maling ayam yang diganjar hukuman selama 7 bln  penjara dengan seorang GHT yang hanya diganjar hukuman selama 7 tahun  penjara. Adilkah?

[caption id="attachment_95176" align="aligncenter" width="346" caption="Monyet / Kerek Batu berekor panjang."]
12996508641906970111
12996508641906970111
[/caption]

Bagi saya, maaf, sekali lagi maaf: bahwa "mereka" lebih rendah martabatnya dibanding daripada seekor Bodat atau Kerek seperti yang ada pada foto profile di atas.

Ekpresi foto profile seorang yang kecewa terhadap kondisi real saat ini. Saya lebih menghargai kaum primata dan gerombolannya daripada koruptor dan gerombolannya. Bagi saya, bahwa Koruptor adalah pemilik drajat yang lebih buruk daripada drajat kaum gerombolan primata. Saya pendukung pelestarian primata sebagai binatang yang dilindungi oleh UU No 5 Tahun 1990. NOTE : Bodat adalah : Monyet berekor pendek. Kerek adalah : Monyet berekor panjang. Yogyakarta, Rabu 26 Januari 2011.

(Tulisan yang membahas tentang perbedaan antara Koruptor dan Monyet)

.....

[[Tergelitik melihat ulah, polah dan tingkah laku para tokoh nasional di media apapun, membuat kita miris dengan apa yang dilakukan dan diucapkan tokoh-tokoh ini. Kenapa tabiat monyet semakin tumbuh dan berkembang? gampang saja kita melihatnya umpama monyet tidak pernah merasa bersalah bila masuk ke kebun petani, dan jika diusir sang monyet malah menggertak si pemilik kebun, analogi ini masuk ke tabiat sang tokoh yang telah nyata dicap publik korupsi atau terkait dengan keadaan tersebut, sang tokoh ini menggertak para penegak hukum, bukankah ini seperti monyet tadi?]]. . Saya suka dengan alinea yang saya kutip di atas. Dipikir-pikir memang ada benarnya juga. Salut buat kupasan dan bahasan dari Bunda. Acungan jempol dan voting aktual atas tulisan di atas. Salam kenal Bunda.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun