[caption id="attachment_92792" align="aligncenter" width="603" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]
Tulisan ini saya angkat hanya sekedar menyikapi tulisan yang menulis tentang "surat terbuka yang mengaku sebagai putri NH" dan Sekedar Prosa Satire-nya mas Imam Phurawinata.
Disini saya bukan bermaksud untuk menambah-nambahi persoalan yang ada di dalamnya - namun ini adalah cara untuk mengungkapkan apa yang ada dalam isi benak saya sehubungan menyikapi hasil tulisan beliau yang sudah sama-sama kita baca pada topik yang di atas.
Yth. mas Iman Phurawinata,
Tetap semangat dan jangan putus asa mengahadapi kezaliman. Sebagai insan yang peduli terhadap kondisi psikis masayarakat tanah air saat ini dalam menyikapi perbincangan yang sedang hangat-hangatnya tentang dunia persepakbolaan tanah air di akhir-akhir ini seiring dengan diadakannya Kongres pemilihan ketua PSSI yang dilaksanakan di Bali, 26 Maret 2011.
Sebagai seorang yang memegang prinsip, melalui ini pula saya meminta maaf atas adanya berbagai macam persepsi dari saya atas tulisan mu tentang surat dari seorang yang mengaku sebagai "Putri NH". Dimana sebelum adanya klarifikasi dari mas Iman Phurawinata tsb di atas, saya sudah banyak berpersepsi yang sedikit agak menghujat dan mendiskreditkan penulisnya. Diantara sekian banyak persepsi-persepsi yang saya tuliskan adalah bahwa saya menganggap tulisan itu adalah satu bentuk keluhan dari seorang anak yang berbakti kepada orangtuanya baik secara spontan maupun secara bathiniah. Lumrahnya sebagai seorang anak manusia lainnya. Memang hal ini adalah merupakan sebuah kondisi dilemmatis bagi mereka yang mengalami kasus yang sama. Namun sayang bahwa rasa yang seperti itu tidak diimbangi logika yang selaras dengan kondisi real pada pokok permasalahan yang ada. Sehingga mendatangkan Blunder (istilah dari strategi sepakbola).
Issue yang bergulir di kalangan masyarakat pada saat ini bukan malah bertambah reda melainkan semakin memanas. Sehingga “kebutaan persepsi” seorang putri yang membela orang tuanya cendrung berakibat fatal bagaikan senjata makan tuan.
Lebih parahnya lagi berkembang sebuah pemikiran dari saya dengan kecurigaan lebih luas lagi. Sepertinya memang seolah-olah ada oknum tertentu yang berusaha dengan sengaja menulis tentang topik yang bertendensikan pengalihan opini masyarakat dengan motivasi yang sangat syarat dengan hal-hal yang mendatangkan sesuatu diluar nalar penulis. Untuk menggiring opini masyarakat dalam permasalahan yang sedang bergolak akhir-akhir ini tentang PSSI, NH, dan cs-nya.
Tapi dengan maksud dan tujuan apa si-penulis melakukan semua ini? Inilah yang sebelumnya sudah saya pertanyakan dalam beberapa tanggapan saya di beberapa tulisan dari sahabat kompasiana lainnya dalam mengupas dan membahas masalah surat yang menjadi perbincangan kita saat ini.
Apakah opini yang diinginkan si penulis adalah sebagai sarana untuk pembelaan diri-kah? atau untuk sekedar meramaikan dan sensasikah? dan ataupun memang sipenulis ini adalah seorang yang loyal (loyal terhadap NH cs) ? atau seorang yang bermental ABS yang konyol itu?
Dan saya memang tidak bisa menafikan konsekwensi-konsekwensi yang apabila memang ada penulis yang bermaksud seperti itu. Atau si penulis ini juga adalah merupakan seorang yang oportunis? yang ingin memanfaatkan situasi dan kondisi yang ada saat ini? Alias pemanfaatan situasi dan kondisi dari seorang oknum untuk motivasi pemuasan nafsu diri sendiri? Entahlah!!! Tapi yang jelas para insan Kompasiana bukanlah terdiri dari orang-orang bodoh dan menelan begitu saja sebuah permasalahan yang ada di depan masing-masing. Bukan "botol" alias bukan terdiri dari orang-orang yang bodoh dan tolol.
Namun dengan adanya klarifikasi dari penulisnya, bukan berarti permasalahan PSSI dan NH cs ini akan berakhir begitu saja? jangan lupa semangat yang sudah ada dalam diri kita masing-masing dalam melawan kezaliman adalah sebuah semangat yang tidak akan padam begitu saja.