Film animasi "Kutukan -- Pikiran yang Membelenggu" dengan menampilkan teks pada beberapa scene merupakan cara unik untuk mengvisualisasikan karakter yang overthinking. Animasi ini ditujukan untuk memenuhi tugas akhir semester 4 pada mahasiswa yang mengampu jurusan studio animasi. Salah satu animasi dengan konsep 3D berjudul "Kutukan -- Pikiran yang Membelenggu" memiliki cara tersendiri bagaimana seseorang yang overthinking dapat dimengerti apa isi pikirannya.
"Kutukan -- Pikiran yang Membelenggu" merupakan film animasi 3D berdurasi 10 menit yang diusung oleh Rendi Alfarizki, Muhammad Raihan Rafa, dan Rifqi Fauzi Ahmad. Selain mereka sebagai kepala produksi juga dibantu oleh Muhammad Ramdhan Alfarissy untuk script development, Naufal Satya pada scoring musiknya, dan Hadyul Dafid sebagai dialog editor.
Animasi ini memiliki premis tentang Kiran yang mendambakan sebuah hubungan yang hangat namun ia terisolasi karena pikirannya yang membelenggu. Menurut sang sutradara sekaligus penulis naskah, Rendi Alfarizki menggagas cerita ini karena kesepian merupakan suatu hal yang begitu dekat dengan dirinya juga seluruh dunia. Kesepian menjadi tindakan yang defensive dari otak yang begitu menyiksa walaupun hanya ada di kepala.Â
Rendi menggambarkan overthinking itu dengan menampilkan kalimat merujuk pada apa yang sedang Kiran pikirkan. Rendi memberikan ungkapan "Satu hal yang terjadi ketika kita overthinking, pikiran-pikiran yang membisik di dalam kita yang jadi penghalang untuk kita bertindak. Teks-teks tanpa suara ini divisualisasikan dengan animasi text yang glitch dan antagonistic sesuai dengan sudut pandang Kiran dalam film ini".
Kiran yang diperankan oleh Reza sebagai pengisi suaranya terdapat adegan keluar dari rumah untuk melangkah pergi dari zona nyamannya, di sana muncul kalimat "Lupa senang sepenuh tenaga" untuk memberikan gambaran pikiran bahwa Kiran lupa rasa yang benar-benar bahagia.
Kemudian "Penampilanmu jelek" ini merupakan apa yang Kiran pikirkan ketika orang lain melihat dia, padahal itu belum tentu benar. Overthinking yang divisualisasikan melalui teks ini juga dilakukan ketika Kiran di kereta. Terdapat kalimat "Overthinking? Again" menunjukkan bahwa ia sadar bahwa pikiran berlebih ini sering dia alami. Begitupun ketika Kiran melihat perempuan di kereta yang sama, muncul teks "Mata kita bertemu" terlihat seperti Kiran yang tertarik pada perempuan tersebut. Walaupun ketika Kiran menghampirinya dan duduk di depannya
terasa situasi yang tidak begitu mengenakkan diantara mereka berdua. Maka teks yang muncul adalah "Canggung". Teks-teks itu merupakan sebagian contoh penggambaran Kiran ketika overthinking.
Proses pencarian kalimat ketika Kiran overthinking juga dibantu oleh Ramdhan selaku script development-nya. Ramdhan memiliki notes yang berisikan apa yang sedang ia pikirkan yang kemudian ia tulis di handphone-nya. Rendi meminta dia untuk menuliskan beberapa kalimatm enyesuaikan dengan situasi adegannya seperti apa. Notes tersebut membantu proses pembentukan kalimat ketika Kiran overthinking.
Konsep ini memberikan kesan positif baik kepada penonton maupun dosen. "Menarik karena jelas menunjukkan penggambaran karakter yang overthinking. Bagaimana Rendi menginterpretasikan overthinking dengan teks itu" ucap Saipul Rosyid sebagai penonton. Kemudian Professor Ulrichs ebagai dosen tamu dari Jerman juga mengucapkan bahwa konsep tersebut merupakan hal yangu nik. Begitupun dengan Salsa Solihatun atau kerap yang dipanggil dengan Kang Esa sebagai production supervisor mengutarakan jika konsepnya memang begitu maka lanjutkan.
Dengan begitu konsep penggambaran overthinking melalui teks-teks yang divisualisasikan pada animasi "Kutukan -- Pikiran yang Membelenggu" merupakan cara unik yang dikemas secara 3DÂ oleh Rendi, Rafa, dan juga Rifqi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H