Bagi segelitir orang, ya, kehidupan telah memberi mereka masa depan finansial yang baik. Namun dunia ini menjadi menarik dan terus berdenyut karena lebih banyak orang hidup dalam kekurangan dan masih dihantui ketakutan atau keraguan memikirkan masa depan hidupnya. Hasrat besar manusia memenuhi ketergantungan uang masih dominan mengendalikan emosi dan moral manusia. Itu sebab, di tengah derasnya industri internet yang semakin nyata, di tempat lain di sudut kota, seorang lelaki berambut gimbal yang masih hidup serba kekurangan itu mati-matian mempertahankan pekerjaan hariannya, namun di sisi lain ia sejak lama menekuni pula profesi kedua.
Panggil saja ia si gimbal.
Si gimbal adalah tipe manusia yang biasa hidup tak teratur. Dalam waktu senggangnya ia pernah menempuh kuliah komputer. Maka tak aneh, meski secara ekonomi si gimbal berada di peringkat bawah namun orientasi pikirannya sudah sampai pada tingkat menengah.
Pada pagi pukul sembilan, tampak si gimbal baru pulang. Di pemukiman dimana ia tinggal si gimbal membawa tubuhnya mendaki jalan sempit dan ia tak peduli pada beberapa mata yang memandang. Setelah sampai di rumah dan membuka pintu, kakinya sampai juga ke kamar sempit tempat ia biasa berjam-jam menekuni profesi keduanya. Dibukanya jendela hingga kemudian terasa udara mengalir di kamar pengap itu. Si gimbal tampak tak mau melakukan apa-apa lagi kecuali ia cepat-cepat mengambil lembaran-lembaran kertas penuh oretan di meja kamar dan sambil berbaring ia menenggelamkan diri bersama kertas-kertas itu. Namun belum lima menit, gedoran keras tiba-tiba terdengar di pintu depan rumah sempitnya.
“Mas Zul! Buka, Mas!” terdengar suara seorang perempuan.
Suara itu tak asing di telinga si gimbal. Ia cepat-cepat menuju depan dan membuka pintu. Didapatinya perempuan berdiri dengan napas terengah-engah.
“Ya ampun Mimin, ada apa? Kok napasnya ngos-ngosan gitu?”
“Pak Murod, Mas! Pak Murod meninggal!”
“Hah, kamu serius?” si gimbal kaget. “Aku baru saja pulang, lewat di depan rumahnya, tapi kok tadi sepi-sepi saja.”
“Baru saja, Mas. Katanya serangan jantung!”
Seperginya perempuan bernama Mimin itu, si gimbal masih terpaku di depan pintu. Cukup lama si Gimbal tercenung. Namun akhirnya Gimbal putuskan bergegas. Ia mandi, berpakaian rapi, lalu buru-buru mengunci pintu rumah, pergi melayat ke rumah tetangganya yang bernama Pak Murod. Di rumah duka ternyata sudah ramai orang berkumpul. Semua wajah tampak muram, seolah mereka baru saja ditinggal seorang tokoh kampung. Di kampung itu, kampung Lambeng namanya, Pak Murod semasa hidupnya memang sangat dihormati dan disegani warga. Ia salah satu dari segelintir orang kampung yang hidupnya dulu dikenal berkecukupan. Tapi, Pak Murod dihormati dan disegani, karena ia juga seorang pengurus dan imam masjid. Pengetahuan agama Pak Murod sangat luas dan belum ada yang bisa menandingi di kampung. Anehnya, saat semua wajah pelayat tampak bermuram, si gimbal bersikap biasa saja. Agaknya si gimbal enggan menandai kematian laki-laki itu sebagai sesuatu yang penting. Melayat tetangga yang meninggal adalah kewajiban, mungkin hanya itu yang mendorongnya mau datang. Sikap si gimbal memang bukan tanpa sebab. Kenapa ia tak respek? Karena di mata si gimbal Pak Murod inilah contoh manusia paling bertopeng dan paling munafik di kampung. Sebagian besar warga kampung Lambeng mungkin tak tahu banyak tentang borok Pak Murod, sehingga di mata mereka kematiannya adalah kematian seorang tokoh terhormat, manusia alim, panutan, lelaki suci bersih tanpa cela. Untunglah si gimbal hanya seorang tukang ojek serabutan yang mulutnya tidak "ember" atas aib-aib Pak Murod yang ia ketahui selama ini.
Awalnya si Gimbal pun sangat menaruh hormat pada Pak Murod. Bahkan si gimbal pernah salut pada kehidupan pribadi Pak Murod yang sukses tanpa usaha. Dulu ia lihat Pak Murod hanya duduk santai-santai saja di rumah tanpa pekerjaan lain kecuali mengurusi masjid, tapi laki-laki itu bisa kaya. Ia bahkan pernah berpikir naif, jangan-jangan Pak Murod termasuk manusia sederajat wali, tanpa harus bekerja keras kebutuhannya sudah dicukupi oleh langit. Ia sering mendengar kisah-kisah seperti itu makanya ia berpikiran begitu. Pikirnya, jika memang benar kisah itu, mungkin Pak Murod salah satunya.
Tapi suatu ketika satu petunjuk yang tak sengaja ia dapatkan justru bertolak belakang, menggugurkan segala pikiran naifnya tentang Pak Murod.
Tiga bulan lalu si gimbal menarik seorang penumpang menuju kota yang berjarak 10 kilometer dari kampung Lambeng. Sebelum pulang ia singgah dulu di salah satu bank untuk transfer uang melalui ATM. Tak sengaja si gimbal melihat ada Pak Murod di tengah-tengah antrian. Ia cepat-cepat menghindar agar lelaki itu tak melihatnya. Ia malu jika sampai ketahuan Pak Murod. Lebih malu lagi tentunya jika lelaki itu tahu pula untuk tujuan apa ia mentransfer uang.
Siang itu di ATM dilihatnya wajah Pak Murod tampak masam. Semasam saus botol murahan. Sepertinya hati lelaki itu sedang tak nyaman. Si gimbal hanya mengintip dari jauh hingga Pak Murod menyelesaikan transaksinya. Saat keluar dari ATM Pak Murod membanting pintu dan meremas-remas kertas kecil struk bukti transaksi, membuang kertas itu sembarangan, lalu pergi.
Setelah menyelesaikan transaksinya, si gimbal iseng memungut kertas struk bukti transaksi Pak Murod yang terlantar di bawah pintu ATM. Sekedar ingin tahu, kertas mungil itu ia buka. Ia baca teliti. Ia cermati. Demi Tuhan, Ia dibuat terperanjat hari ìtu. Ternyata Pak Murod baru saja mentransfer uang ke nomor rekening yang sama dengan nomor rekening tujuan transfernya. Si gimbal dan Pak Murod sama-sama mentransfer uang ke rekening atas nama RETNO ISABEL! Lebih mengejutkan lagi, jumlah uang yang ditansfer Pak Murod dibilang tidak sedikit, jutaan jumlahnya. Itulah awal mula si gimbal menguak belang Pak Murod. Ia tak menyangka, Pak Murod yang dihormatinya, dipanuti, dan sehari-hari tampak religius, selama ini ternyata ikut bermain juga. Ya, bermain judi online! Si gimbal tak habis pikir, darimana orang tua seperti Pak Murod bisa tahu dan terakses dengan salah satu web permainan judi online. Rekening atas nama RETNO ISABEL adalah rekening tujuan yang disediakan oleh salah satu web judi bernama Princes4D bagi para membernya yang mau mengikuti permainan tebak angka atau toto secara online. Si gimbal pikir penyakit permainan toto online hanya menjangkiti tukang ojek frustasi seperti dirinya. Ternyata Pak Murod pun terjangkit oleh permainan terselubung ini.
Si gimbal mengurut dada.
Permainan judi toto online yang bisa diakses lewat komputer dan handphone itu operasinya memang bisa dilakukan tertutup dan diam-diam tanpa orang lain tahu. Caranya juga mudah. Pemain atau calon member yang berminat cukup memiliki rekening bank tertentu dan mendaftar di salah satu agen toto online yang jumlahnya puluhan di dunia maya. Setelah mendaftar dan menjadi member barulah pemain memiliki akun. Member bebas membuka akunnya kapan saja, hanya tinggal login sesuai dengan username dan password masing-masing, tak ubahnya seperti login ke akun facebook. Lalu untuk aktif bermain, pemain diwajibkan mentransfer sejumlah uang ke nomor rekening tertentu yang ditentukan oleh agen web yang diikutinya. Melalui teknis dan petunjuk di akun, jumlah uang yang ditransfer pemain akan masuk otomatis ke saldo deposit setelah satu kali melakukan tahap verifikasi transfer atau konfirmasi. Selanjutnya pemain tinggal menginput angka-angka toto yang dipasangnya dan pembayaran pemasangan didebet otomatis dari saldo deposit. Apabila angka-angka tebakan yang diinput sama persis atau tepat seperti angka-angka “keluar” yang diputar oleh Bandar Besar toto, maka pemain akan mendapat hadiah uang berlipat-lipat yang akan ditambahkan otomatis ke saldonya. Uang kemenangan di saldo kemudian secara teknis bisa ditarik kapan saja oleh pemain dan dalam hitungan menit akan ditransfer oleh agen web ke rekening yang digunakan si pemain.
Permainan judi online memang kian merebak dimana-mana karena sudah sangat gampang diakses melalui handphone yang memiliki fasilitas web atau opera link. Hanya dengan berlangganan paket internet bulanan untuk handphone yang harga paketnya tak lebih dari harga sebungkus rokok, siapapun bisa browsing ke web-web judi sepuas-puasnya. Bagi para member pengguna handphone, permainan judi ini bisa dilakukan melalui wapsite yang difasilitasi oleh web judi bersangkutan. Di tampilan wapsite yang bisa disimpan di handphone, member hanya perlu “login” di kolom panel wapsite. Setelah “login” sukses maka akan muncul Menu Utama yang berisi navigasi. Untuk bermain para member hanya perlu mengklik navigasi bertuliskan “4D-3D-2D” karena itulah jenis menu perjudian yang paling populer dan disukai yakni judi toto atau tebak angka. Setelah navigasi “4D-3D-2D” di-klik akan muncullah tampilan panel kolom tempat meng-input secara online kombinasi angka-angka tebakan yang diyakini member, atau dalam istilah judinya disebut betting. Setelah betting selesai para member hanya tinggal menunggu hasil angka “keluar” atau “result” yang diputar Bandar Besar. Untuk tahu angka “keluar” atau result, para pemain tak perlu repot-repot karena pengumuman result bisa dilihat secara online pula melalui handphone. Dalam permainan judi toto online dikenal istilah pasaran. Ada pasaran Singapore, pasaran Hongkong, pasaran Sydney, pasaran Laos, Pasaran Vietnam, pasaran Burma, pasaran Pecinan, dan banyak lagi. Setiap pasaran punya jam buka tersendiri dan jam pengumuman result sendiri-sendiri. Namun sepanjang perkembangannya, pasaran yang paling diminati dan digandrungi oleh para penjudi adalah pasaran Singapura dan pasaran Hongkong. Pasaran-pasaran lain sifatnya hanya pelengkap.
Sejak mengungkap tak sengaja belang Pak Murod siang itu, segan dan hormat si gimbal pada laki-laki itu runtuh seketika. Si gimbal yakin Pak Murod sudah lama terlibat dalam permainan toto online. Terjawab sudah saat itu, kenapa tahun-tahun belakangan Pak Murod hidupnya santai-santai saja di rumah, dan wajar saja jika tak seorangpun tahu kemana Pak Murod membelanjakan uangnya dan darimana ia memperoleh uang, karena si gimbal tahu betul bermain toto online bisa dilakukan sambil santai, sambil tidur-tiduran, bahkan bisa dilakukan sambil buang air besar.
Namun bukan itu saja belang Pak Murod yang terkuak oleh si gimbal. Dua bulan lalu saat si gimbal melihat Pak Murod mulai goyah perekonomiannya, mulai terpuruk dan mulai sering menjual harta bendanya, ia didatangi Mimin—wanita yang menggedor pintu rumahnya tadi. Mimin adalah seorang janda rupawan beranak satu yang bertetangga sebelah dengan si gimbal. Janda pengangguran! Saat itu Mimin datang menangis minta pertolongannya. Mimin butuh uang. Jumlahnya tak sedikit: sepuluh juta!
“Min, untuk apa uang sebanyak itu?”
Mimin menjawab sambil mengisak. “Aku harus mengembalikan uang itu pada Pak Murod. Aku tak menyangka dia sekarang jadi kasar meminta kembali uang yang pernah diberinya untukku. Ya ampun, sepuluh juta, darimana aku bisa dapat uang sebanyak itu, Mas Zul?”
Waktu itu si gimbal bukannya iba, tapi ia justru curiga. “Pak Murod pernah memberimu uang sepuluh juta? Uang apa itu, Min?”
Mimin malah semakin menangis. Si Gimbal akhirnya tak berhenti mendesak janda itu untuk mengakui ada hubungan apa ia dengan Pak Murod. Pikir si gimbal, tak mungkin Pak Murod sepeduli itu pada Mimin dengan memberikan uang tak sedikit jika keduanya tak ada hubungan apa-apa. Didesak, Mimin terus terang. Ternyata sudah satu tahun janda itu menjalin hubungan gelap dengan Pak Murod.
“Tapi hubungan kami hanya sebatas lewat telpon, Mas. Hampir tiap malam kami telpon-telponan dan SMS akrab. Mungkin itu yang membuat Pak Murod tak sayang-sayang memberi uang sebanyak itu padaku.”
“Kamu sudah gila, Min! Pak Murod itu suami orang. Kalau istrinya tahu, bisa dituntut kamu. Jangan-jangan di telpon kalian tak sekedar ngobrol biasa, tapi lebih dari itu?”
Mimin diam, tapi kemudian ia mengaku lagi.
“Begitulah, Mas. Kadang-kadang kami melakukan phonesex jika sudah larut malam. Mulanya Pak Murod yang merayu dan memaksaku. Lama-kelamaan kami jadi terbiasa.”
Mendengar pengungkapan Mimin waktu itu, si gimbal hanya mengurut dada. Tapi si gimbal tak heran kenapa Pak Murod meminta lagi uang yang diberinya ke Mimin, sebab laki-laki itu sedang jatuh dalam kesusahan. Si gimbal berfirasat, terpuruknya Pak Murod saat itu mungkin karena belakangan uangnya selalu ludes dalam permainan toto online. Namun di depan Mimin si gimbal sama sekali tak mau mengungkapnya.
“Maaf, aku juga tidak punya uang sebanyak itu, Min. Aku punya uang simpanan sedikit, tapi itu untukku membayar cicilan kredit motorku minggu depan.”
Mimin tampak putus asa mendengar kata-kata si gimbal waktu itu. Agaknya janda itu memang sudah bertekat tak mau lagi berhubungan dengan Pak Murod andai ia telah mengembalikan uangnya. Lalu dari wajahnya yang diliput airmata, timbul penyesalan.
“Aku kapok, Mas. Aku menyesal telah terima uang pemberian itu. Aku tak menyangka Pak murod memperlakukan aku kasar sekali di telpon waktu dia tanya uangnya.”
“Apa uang yang sepuluh juta itu memang tak bersisa lagi di tanganmu, Min?”
“Habis, Mas. Untuk bayar sekolah anakku. Untuk aku beli baju. Terus, aku juga selalu kalah, Mas.”
“Kalah apa?”
“Tiap minggu kalau aku ke pasar pasti aku mampir ke ATM transfer uang, Mas.”
“Terus? Transfer uang apa?”
“Sebenarnya aku juga sudah sejak lama keranjingan main toto online seperti Mas Zul. Sering-sering aku menang kecil-kecilan. Tapi belakangan ini aku sudah kalah terus. Mungkin benar kata orang, kalau mau dapat angka jitu harus minta tolong sama orang pintar. Kalau sudah begini, rasanya aku harus nekat, Mas.”
Si gimbal kehabisan kata-kata. Tapi Mimin masih merengek.
“Mas, kalau Mas Zul masih percaya sama aku, boleh aku pinjam dulu uang simpanan itu? Aku janji uangnya akan aku kembalikan sebelum seminggu.”
Si gimbal keberatan. Tapi saat itu Mimin memohon-mohon. Tak tega, ia pun meminjami janda itu. Selanjutnya si gimbal tak tahu apa yang dilakukan Mimin dengan uang pinjamannya. Mimin menghilang selama dua hari setelah ia dijemput oleh seorang anak muda. Selang lima hari Mimin baru muncul lagi ke rumah si gimbal mengembalikan uang pinjamannya. Bahkan Mimin mau mengembalikan uang itu dua kali lipat, tapi si gimbal menolaknya.
“Aku tidak minta uangku dilebihkan, Min. Aku tahu kamu masih perlu banyak untuk mengembalikan uang Pak Murod. Pikirkan saja itu.”
“Pak Murod? Huh, tua bangka itu sudah aku eliminasi dari pikiranku. Tadi pagi uang sepuluh jutanya sudah aku transfer ke rekeningnya. Selesai sudah.”
“Hebat. Darimana kamu dapat uang sebanyak itu, Min?”
“Angka jitu hasil ritual orang pintar, Mas. Aku menang duapuluh satu juta di pasaran Singapura. Besok rencananya aku mau bawa orang pintar lagi untuk ritual.”
“Gila! Itu sudah musrik, Min. Sebaiknya kamu stop main-main dengan orang pintar. Aku juga hobi main toto, tapi seumur-umur aku tidak mau sampai ke situ.”
“Aku sudah capek hidup begini, Mas. Aku ingin jadi orang kaya. Hoki-ku sekarang lagi bagus. Nanti kalau modalku sudah cukup, aku mau coba-coba betting dengan sistem investasi angka. Kemungkinan untuk kalahnya tipis sekali. Mas Zul juga pasti sudah paham main investasi angka.”
Si gimbal tak banyak berkomentar. Sejak saat itu, dari hari ke hari, di matanya Mimin memang mulai mengalami banyak perubahan. Mimin berubah menjadi wanita yang sibuk. Penampilannya juga banyak berubah. Mimin mulai bergaya. Mimin juga dipergokinya mulai merokok. Anak muda yang pertama kali dilihat si gimbal pernah menjemput Mimin semakin rajin saja mendampingi janda itu. Puncaknya kampung Lambeng dibuat heboh tiga minggu lalu saat Mimin memamerkan mobil baru yang dibelinya.
Saat kehidupan Mimin meningkat, kehidupan Pak Murod justru semakin ambruk. Tapi di kampung Pak Murod masih pandai bersandiwara, masih penuh lagak. Namun si gimbal tak bisa dibohongi. Ukuran yang dipakai si gimbal untuk menilai kehidupan Pak Murod semakin ambruk adalah penampilan fisik laki-laki itu yang dari waktu ke waktu dilihatnya kian tak bertenaga, sering melamun, kurus, pucat, dan pernah dipergoki si gimbal laki-laki tua itu suatu malam datang ke rumah Mimin hanya untuk berhutang uang. Tapi sejak seminggu lalu si gimbal tak pernah melihat Pak Murod lagi baik di kegiatan-kegiatan kampung maupun di masjid, sampai kemudian si gimbal mendengar kabar dari Mimin tadi bahwa laki-laki munafik itu telah meninggal.
Begitulah.
Siang menjelang sore saat jenasah Pak Murod dikebumikan, si gimbal tak henti-hentinya memandang ke wajah Mimin yang ikut hadir di pemakaman tua bangka yang pernah menjadi kekasih gelap janda itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H