Mohon tunggu...
Ramdiyah Luki
Ramdiyah Luki Mohon Tunggu... karyawan swasta -

ordinary person who want to share anything i know, that can be useful for others, no matter how small, no matter how simple

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Adakah Perlakuan diskriminatif Terhadap Muslimah Berjilbab di Australi...?

25 Februari 2014   16:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:29 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13932961381389201673

Diskriminsi, selalu menjadi topik yang hangat dan menarik untuk diperbincangkan . Karena itu, ketika seorang kompasianer senior , Bapak Tjiptadinata Effendi, meminta saya untuk sharing pengalaman yang berkaitan dengan diskriminasi terhadap wanita berjilbab saat melakukan traveling seorang diri ke Melbourne, Australi. Langsung saya sambut dengan penuh semangat. Karena memang diskriminasi ini menjadi salah satu momok yang menakutkan bagi sebagian besar muslimah, khususnya yang berjilbab seperti saya, untuk melakukan travelling ke negara yang mayoritas penduduknya non muslim, termasuk OZ.

Sebelum saya sharing pengalaman tentang diskriminasi ini, ada baiknya saya sampaikan terlebih dahulu pengertian mengenai diskriminasi yang saya himpun dari beberapa sumber. Menurut wikipedia,diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidk adil terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Sedangkan menurut kamus bahasa indonesia yang disusun oleh W.J.S Poerwadarminta, diskriminasi adalah perbedaan perlakuan terhadap sesama warga negara, berdasarkan warna kulit, golongan, suku,ekonomi, agama dsb. Konon prilaku diskriminasi ini telah ada sejak berabad abad silam, adanya penjajahan terhadap suatu bangsa juga merupakan salah satu bentuk diskriminasi suatu bangsa terhadap bangsa lain, karena selain ingin menguasai suatu wilayah berikut kekayaan alamnya, penjajahan terjadi karena suatu bangsa memandang dirinya lebih superior dari bangsa tertentu. Dalam hal ini bangsa kulit putih (eropa) yang merasa lebih superior hingga melakukan penjajahan ataupun pelecehan terhadap bangsa kulit hitam (Afrika), kuning(Asia), dan merah (Amerika). Inilah yang biasa kita sebut dengan diskriminasi rasial. Namun masa penjajahan telah lama berlalu, masih adakah sikap diskriminasi rasial itu..? Jawabanya tentu masih. Namun diskriminasi yang banyak terjadi sekarang ini menurut hemat saya adalah diskriminasi individu, yaitu diskriminasi yang dilakukan individu terhadap individu lainya. Walaupun bentuk dan jenisnya masih tetap sama, yaitu diskriminasi karena perbedaan ras, suku, agama, ekonomi dsb. Dan diskriminasi individu ini terjadi disetiap negara, bahkan dinegara kita sendiri.

Menjelang keberangkatan saya ke oz, saya juga diliputi perasaan cemas dan takut akan perlakuan diskriminatif, karena sebelumnya saya juga pernah membaca buku The Naked Traveller, yang ditulis oleh Trinity, travel wraiter wanita yang telah melanglangbuana ke berbagai belahan dunia seorang diri. Dibuku The Naked Traveller I, mb Trinity mengisahkan bahwa ia mengalami perlakuan diskriminatif disebuah negara eropa, saat hendak memesan paket tour pada sebuah agen perjalanan yang ada dinegara tersebut, mb trinity ditolak dengan tidak sopan, si petugas menyatakan semua paket yang dipesan telah habis, petugas tersebut berbicara dengan ketus tanpa melihat ke arah lawan bicara. Bahkan saat mb Trinity meninggalkan meja loket agen tersebut, ia melihat petugas agen perjalanan itu bergegas mengelap meja seperti khawatir tertular kuman atau penyakit. Yang lebih menyakitkan hati, sebelum menjauh, mb Trinity sempat melihat beberapa turis berkebangsaan eropa datang ke loket petugas tersebut dan memesan paket perjalanan yang tadi ia pesan. Dan sipetugas yang jutek tadi ternyata melayani para turis bule ini dengan sangat ramah dan menjual paket tour yang tadi dikatakan telah habis. Ini betul-betul sebuah diskriminasi. Waktu itu saya berfikir, mb Trinity yang jago bahasa Inggris dan memiliki keyakinan yang sama dengan mayoritas bangsa Eropa saja masih mendapat perlakuan seperti itu, bagaimana dengan saya nanti...? Alhamdulillah, ternyata apa yang saya takutkan tidak terjadi. Saya tidak merasa mendapat perlakuan diskriminatif selama di oz. Saat berangkat menggunakan pesawat Air asia dari bandara Kuala Lumpur Malaysia, di sebelah kursi pesawat saya 2 orang pemuda berkebangsaan Australi. Walau tanpa mengucapkan sepatah kata pun, mereka dengan sigap membantu saya meletakan tas ransel diatas kabin pesawat. Saat dibandara Melbourne pun saya merasakan pelayanan yang ramah dan bersahabat. Saat melewati bagian keimigrasian,tak ada pemeriksaan khusus untuk wanita berjilbab, tas saya puntidak digeledah walau saya menyatakan membawa obat-obatan. Apakah ini hanya merupakan faktor kebetulan atau keberuntungan..? Entahlah, tapi keramahan itu bukan hanya saya dapatkan dibandara. Saat berjalan disekitar perumahan tempat sahabat saya tinggal, saya beberapa kali mendapat sapaan hangat dan senyuman yang ramah. Bukan cuma itu, sewaktu kami sedang berfoto secara bergantian di beberapa lokasi wisata. Seringkali ada warga Australi yang tanpa diminta, berbaik hati menawarkan diri untuk memotret kami berdua. Hanya saja, pada waktu kami melakukan pemesanan tiket kapal wisata air di Yara River, petugas wanita yang melayani penjualan tiket, mendadak mundur saat tiba giliran saya dan sahabat di depan loket. Ia memanggil dan menyuruh petugas lain (seorang pria) untuk melayani kami. Si petugas pria ini memberikan penjelasan mengenai rute perjalanan kapal dan harga paket-paketnya dengan nada yang tegas. Kemudian setelah kami selesai, si petugas wanita kembali mengambil alih tugas penjualan tiket. Apakah ini merupakan bentuk diskriminasi..? Saya rasa tidak. Menurut sangkaan saya, si petugas wanita tadi enggan melayani kami karena kendala bahasa. Walaupun sahabat saya ini pernah bermukim 2tahun di oz, dan mampu berbahasa inggris secara aktif, namun spelling atau pengucapanya masih agak sulit untuk ditangkap si petugas wanita tadi, jadi mungkin hal tersebut dikakukan untuk mempercepat pelayanan, karena dibelakang kami masih banyak turis lain yang mengantri untuk membeli tiket, maka ia meminta bantuan teman sejawatnya tadi. Dibeberapa tempat wisata maupun tempat umum yang saya kunjungi seperti Victoria market, stasiun kereta, terminal bus, souvergin hill di Balarat dan di kebun Binatang Melbourne, kami mendapat perlakuan yang baik dan wajar. Sahabat saya juga memiliki bayi laki-laki berusia 1tahun bernama Aufa . Saat kami membawa serta si kecil Aufa beserta kereta dorongnya ikut berwisata menggunakan angkutan umum (di oz disebut tram), selalu saja ada petugas mau pun sesama penumpang yang menawarkan bantuan untuk mengangkat kereta bayi .Semoga sharing pengalaman saya ini dapat mengurangi kehawatiran dan ketakutan bagi para muslimah berjilbab seperti saya untuk berkunjung ke oz.

Namun begitu, tidak berarti saya menjamin tidak akan pernah ada diskriminasi disana. Karena diskriminasi berkaitan dengan prilaku individu, dinegara manapun pasti ada warganya yang memiliki kecendrungan untuk bersikap diskriminatif. Selama perlakuan diskriminasi itu bukan berbentuk aturan atau kebijakan pemerintah setempat, kita tak perlu takut. Hanya perlu pandai2 membawa diri, hormati dan patuhi setiap aturan dan norma2 yang berlaku, dimanapun kita berada. Selama kita bersikap baik dan bersahabat, Insya Allah kita akan mendapat perlakuan yang sama. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun