Tahun 11 H merupakan kesedihan umat islam karena kehilangan sosok pemimpin agama sekaligus pemimpin negara sebagai panutan yaitu wafatnya Nabi Muhammad SAW.
Setelah kepergian Nabi Muhammad tidak ada yang bsia menggantikan kedudukan beliau sebagai Rasulullah. Karena beliau merupakan nabi terakhir yang diutus Allah SWT (Khatami al-anbiya’ wa al-mursalin) sesuai dengan ayat Al-Quran Surah Al-Ahzab Ayat: 40.[1]
Akan tetapi kedudukannya sebagai pemimpin negara harus ada penggantinya demi keberlangsungan masa depan negara islam.
Pada saat itu, dua tokoh yang dipandang layak menggantikan Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin negaraa yaitu Abu Bakar Ash-Shiddieq dan Ali ibn Abi Thalib.
Baca juga : Meneladani Kejujuran dan Kedermawanan Kekasih Rasulullah Abu Bakar As Siddiq
Meskipun pada waktu itu, terpadat suksesi pemilihan kepemimpinan setelah Nabi SAW wafat, Ali ibn Abi Thalib lebih bersikap pasif, karena mengurusi pemakaman Nabi SAW, sedangkan Abu Bakar bisa dikatakan agresif karena dikukung oleh kaum muhajirin yang senantiasa mengingkan Abu Bakar menjadi khalifah.[2]
Akhirnya Abu Bakar terpilih sebagai Khalifah pertama yang menjadi pemimpin umat islam. Setelah Abu Bakar di bai’ah menjadi Khalifah, beliau berpidato langsung. Melihat keadaan pada waktu itu ada yang ragu untuk menjadikannya kahlifah. Maka untuk meyakinkan umat islam yang ragu beliau berpidato, berikut kutipan dalam pidatonya:
“Wahai manusia! Saya telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu, padahal aku bukanlah orang yang terbaik diantaramu. Maka jikalau aku menjalankan tugasku dengan baik, ikutlah aku, tetapi aku berbuat salah, maka betulkanlah! Orang yang kamu pandang kuat, saya pandang lemah, hingga aku dapat mengambil hak dari padanya, sedang orang yang kamu pandang lemah, saya pandang kuat, hingga saya dapat mengembalikan haknya kepadanya. Hendaklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi bila mana aku tiada menaati Allah dan Rasul-Nya kamu tak perlu menaatiku”.[3]
Pidato Abu Bakar merupakan jalan diplomasi yang dtempuh untuk mendapatkan tujuan yang diinginkan atau mendapatkan keyakinan umat islam yang ragu akan kepemimpinan beliau.
Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, dia menerima keadaan umat islam sedang keritis dan gawat. karena banyak bermunculuan masalah, beberapa yang menjadi masalah besar adalah munculnya nabi-nabi palsu, banyaknya umat islam yang murtad dan yang enggan atau tidak mau membayar zakat.
Orang-orang yang mengaku sebagai nabi daintaranya yaitu: Thulaihah ibnu Khuwailid dari Bani Asad, Musailamah al-Kadzdzab dari Bani Hanifah, al-Aswad al-Ansi. Mereka merupakan ancaman dan tantangan untuk Abu Bakar sebagai pemimpin umat islam dan untuk agama islam sendiri.[4]
Baca juga : Kehidupan Abu Bakar Pada Masa Rosullah SAW