[caption id="attachment_325925" align="aligncenter" width="300" caption="Foto Fadil Ramadhan salah satu anggota MAPAGAMA UGM yang sedang meluncur "][/caption] Yogyakarta, tempat yang Istimewa ini selalu ada hal menarik untuk dilakukan baik dari segi wisata alam atau kuliner. Jika selama ini anda hanya melihat kegiatan outdoor bernama "Sandboarding" di Luar Negeri, sekarang di Indonesia tepatnya Yogyakarta sudah memiliki lokasi yang sangat cocok digunakan untuk kegiatan tersebut. Endapan pasir bertemu arus laut urung menjadi delta, kuatnya arus pantai selatan turut mengacak pasir merapi yang memanjang di selatan Jogja sampai barat jawa tengah, dengan bantuan angin yang berhembus, pasir membentuk sebuah bentangan alam yang khas dengan teksturnya yang melembut serta ritmenya yang teratur. gumuk pasir Parangkusumo, salah satu keunikan bentuk lahan di selatan Jogja. Sandboarding merupakan olahraga permainan menggunakan papan seluncur yang dipergunakan di atas pasir. Lokasi untuk bermain Sandboarding sangat mudah untuk dijangkau yaitu terletak di Parang Kusumo, tempat ini bersebelahan dengan Pantai Parang Tritis yang menjadi salah satu icon kota Jogja. Ketika anda berada diatas pasir dan siap meluncur adrenalin anda akan di uji disini, antara perasaan takut atau berani. Dengan ketinggian sekitar 5 - 7 M anda akan merasakan adrenalin meningkat dengan cepat setelah meluncur, jatuh bangun berluluran pasir sudah menjadi hal biasa dalam olahraga ini. Dengan alat pengaman Sandboarding berupa helm, pengaman tangan dan lutut kaki. Pada akhir tahun 2013 lalu saya berkunjung ke Jogja yang awalnya hanya untuk ingin mendapatkan alat bantu 'Brace' (alat untuk berjalan tanpa menggunakan tongkat) karena saat ini saya berjalan dengan menggunakan alat bantu tongkat yang pada tahun 2010 sempat mengalami kecelakaan, namun beruntung saya sebelumnya menjadi anggota Mahasiswa Pecinta Alam MAPA Gunadarma. Walaupun saat ini saya menggunakan alat bantu untuk berjalan, banyak teman-teman dari Mapala lain yang sering membantu saya apabila Travelling. Beruntung saya mempunyai keluarga besar di Mahasiswa pecinta alam, karena hampir setiap kota pasti ada saja Mapala di daerah nya masing-masing. Pada saat itu saya berkunjung ke Yogyakarta, dan bersinggah di Universitas Gadjah Mada serta bermalam di MAPAGAMA UGM yang ke esokan harinya itu akan memesan 'Brace'. Pagi menjelang, saatnya saya bersiap untuk memesan 'Brace' tersebut di daerah Bantul. Hingga larut malam dan pada akhirnya selesai juga pembuatan 'Brace' tersebut. Alhasil saya sangat senang sekali bisa berjalan tanpa menggunakan tongkat. Walaupun menggunakan 'Brace' sakit dan ngilu karena besi-besi dan tidak bisa untuk dipakai berjalan jarak jauh, alhasil membuat saya cukup merasakan nikmatnya berjalan. [caption id="attachment_325926" align="aligncenter" width="400" caption=" Saat latihan jalan menggunakan Brace"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H