Ya, begitulah kelicikan saya, hahaha.
Sungguh ini sebuah momen untuk memperbaiki proses menulis saya. Itulah utamanya saya mengikuti ajang Januari 50k yang diusungkan para Ratu Fiksi di Kampung Fiksi, sempalan lingkungan penggiat kata di Kompasiana. Betapa tidak, gairah menulis saya selama ini hanya sekadar terloncat karena momen sesaat. Artinya saya menulis saat saya ingin menulis. Cuma itu. Sangat iseng sekali. Dan selamanya hanya akan menjadi iseng.
Tapi berbeda ketika tergema 'tantangan'Â untuk menulis aktif sampai 50 ribu kata dalam sebulan. Saya kira ini luar biasa. Karena setidakna menurut saya ada semacam 'paksaan' untuk kita menulis produktif dan terencana. Sebuah proses belajar untuk menulis bukan lagi sebuah keisengan belaka. Ya, belajar. Saya akan menjadi murid yang belajar terus mengerjakan PR dirumah :D
Dengan kondisi serba belajar itu pula saya mencoba memulai sebuah karya yang sebenarnya adalah lanjutan salah satu tulisan yang saya muat sebelum gong Januari 50K bergema. Istilah lain Curi Start, hahaha. Belum sampai 2K sih, jadi semoga auranya masih tetap fresh untuk di lanjutkan dibulan Januari ini. Cerita yang saya pakai adalah cerbung "Tak Ada Cinta di Paris". Pada awal pembuatannya jika saya cukup istiqomah tulisan ini tak kan sampai 10K, tapi karena semangat yang dipompa oleh ajang ini juga tentu dari kawan-kawan 'seperjuangan' saya usahakan melewati batas itu. Artinya ada tinjauan ulang terhadap unsur-unsur prosa yang harus tergarap. Keistimewaan yang saya tuju dari penulisan ini sama sekali bukan dari hasil karya terutama kualitasnya. Tapi dari semangat dan proses menulis yang berencana, yang akan menjadi awal sistem cara menulis yang lebih dari sekedar iseng. Juga gairah baru yang akan saya dapat jika saya bisa menghasilkan sebuah tulisan yang panjang.
Selamat menulis, selamat berkarya, selamat belajar!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H