Mohon tunggu...
Ramdan Noor Mochamad
Ramdan Noor Mochamad Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa pendidikan sejarah

Saya adalah seorang mahasiswa universitas siliwangi yang tertarik dengan topik teknologi, literasi, sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Anak Muda Cuek Politik

9 Desember 2024   15:54 Diperbarui: 9 Desember 2024   15:56 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pemilihan kepala daerah, baik wali kota maupun bupati, merupakan momen krusial dalam menentukan arah pembangunan suatu daerah. Namun, seringkali keterlibatan pemuda dalam pemilu lokal masih sebatas partisipasi formal, seperti sekadar datang ke tempat pemungutan suara. Salah satu penyebabnya adalah minimnya pengetahuan pemuda tentang calon pemimpin yang akan dipilih. Hal ini patut menjadi perhatian serius karena pemuda merupakan segmen terbesar dalam demografi pemilih dan memiliki peran strategis dalam menentukan masa depan suatu daerah.

Belum lama ini telah diselenggarakan pemilu serentak di Indonesia, pemilu kali ini bertujuan untuk memilih walikota dan bupati daerah masing-masing, di Tasikmalaya sendiri ada beberapa calon walikota dan bupati yang akan dipilih oleh masyarakat, namun di kalangan anak muda sendiri sedikit yang mengetahui mengenai identitas dan rekam jejak calon walikota dan bupati yang akan mereka pilih, mereka cenderung bersifat acuh dan tak peduli siapapun yang akan naik menjadi walikota dan bupati, bahkan di beberapa kesempatan mereka sering bercanda dengan candaan akan memilih calon siapapun yang memberikan serangan fajar berupa uang kepada meraka, mereka bahkan tidak mengetahui identitas dan rekam jejak calon yang akan mereka pilih, bahkan visi dan misinya pun mereka tidak tahu, hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah pribadi nya sendiri yang cenderung memiliki pikiran bahwa siapapun yang naik menjadi walikota akan sama saja, kota tasikmalaya yang ia tinggali akan tetap menjadi seperti ini, hal ini disebabkan mungkin karena kurangnya rasa percaya terhadap paslon manapun. Menurut saya, paslon juga kurang aktif dalam bersosialisasi kepada anak muda, mereka cenderung menggunakan gaya politik yang sama seperti dulu seperti memasang banner, berkampanye di satu tempat saja dan kurangnya kampanye digital yang menarik minat pemuda.

Dalam era digital saat ini, informasi mengenai calon wali kota atau bupati sebenarnya mudah diakses melalui berbagai platform, baik media sosial, situs berita, maupun forum diskusi. Sayangnya, banyak pemuda yang lebih tertarik pada isu-isu hiburan dan tren terkini dibandingkan mencari tahu rekam jejak serta visi-misi calon pemimpin. Padahal, pemilihan pemimpin lokal sangat berdampak pada kehidupan sehari-hari, seperti kualitas pendidikan, kesehatan, lapangan pekerjaan, hingga pembangunan infrastruktur di daerah.

Minimnya literasi politik dan sikap apatis di kalangan pemuda juga diperburuk oleh rendahnya sosialisasi dari penyelenggara pemilu dan partai politik. Para calon wali kota dan bupati sering kali lebih fokus pada pendekatan konvensional yang menyasar pemilih berusia lanjut, sementara potensi pemuda sebagai pemilih cerdas justru terabaikan. Padahal, jika pemuda dibekali informasi yang memadai, mereka dapat menjadi pemilih yang kritis dan mampu memilih pemimpin yang benar-benar berkompeten serta memiliki integritas.

Pemuda perlu memahami bahwa memilih bukan sekadar formalitas, melainkan bentuk tanggung jawab terhadap masa depan daerahnya. Dengan mengetahui latar belakang calon pemimpin, rekam jejak, kebijakan yang ditawarkan, serta transparansi mereka, pemuda dapat menjadi motor perubahan positif dalam pemilu lokal. Selain itu, pemuda juga harus mampu membangun diskusi-diskusi produktif yang membahas calon pemimpin, bukan sekadar ikut-ikutan atau terpengaruh oleh politik uang dan janji-janji kosong.

Sudah saatnya pemuda menyadari bahwa partisipasi aktif dan pengetahuan dalam pemilu lokal adalah kunci terciptanya pemerintahan daerah yang baik. Pemimpin yang terpilih hari ini akan menentukan arah kebijakan untuk lima tahun ke depan, yang tentunya berdampak besar pada generasi muda. Oleh karena itu, pemuda harus menjadi pemilih cerdas yang tidak hanya menyalurkan suara, tetapi juga memastikan suara mereka memberikan perubahan berarti.

Sumber:

https://www.tempo.co/ekonomi/apa-saja-alasan-anak-muda-tidak-suka-politik-776898

https://www.kompas.id/baca/opini/2023/12/17/kaum-muda-dan-pendangkalan-politik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun